PALU – Salah satu bagian tertentu dari episode peran sejarah Habib Idrus bin Salim Aljufri atau Guru Tua ialah inisiatif masyarakat mengusulkannya agar memperoleh gelar Pahlawan Nasional.
“Kita hendak membaca insiatif ini, mengandung satu pemikiran yang memandang perlunya transformasi peran yang dibutuhkan negara atas karya besar Guru Tua di sektor pendidikan khususnya,” kata Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, Dr HS Mohsen Alaydrus, di hadapan ribuan jemaah Haul ke-57 Guru Tua, di komplek Perguruan Alkhairaat, Jalan SIS Aljufri, Palu Barat, Sabtu (12/04).
Habib Mohsen mengatakan, hakikat kepahlawanan Guru Tua ialah mentransformasikan strategi yang dibangun Guru Tua dalam menempa kecerdasan dan moralitas bangsa melalui pengelolaan pendidikan.
Kata dia, menyimak berbagai studi ilmiah yang dilakukan terhadap hasil kerja Guru Tua, maka akan ditemukan inovasi utama dalam membangun pendidikan, yaitu menempatkan partisipasi penuh masyarakat dalam pengelolaan organisasi pendidikan.
Selain itu, kata dia, mengaktifkan fungsi ekonomi dari sumber sumber produksi lokal, serta mendekatkan kebijakan pendidikan dengan kultur masyarakat.
Dengan begitu, kata dia, Guru Tua tidak saja menyebarluaskan ilmu, tetapi lebih dari itu ia melihat pentingnya membangun sebuah sistem.
“Fakta menunjukan bahwa kemudian beliau membentuk organisasi massa secara hirarkis diberikan kewenangan mengelola pendidikan. Organisasi dimaksud adalah Pengurus Besar Alkhairaat yang baru berdiri sejak tahun 1956,” ujarnya.
Pandangan sederhana ini yang mendasari pikiran secara filosofis dan sosiologis, bahwa negara membutuhkan preferensi strategi pengembangan kecerdasan dan moralitas anak bangsa yang diaktualisasikan dari karya otentik Guru Tua.
“Dalam konteks inilah kita memaknai usulan gelar kepahlawanan Guru Tua, bukan sekedar simbol jasa pengabdian kepada bangsa dan negara,” tegas Habib Mohsen.
Artinya, kata dia, untuk sekadar dipahami bahwa hingga saat ini peran Guru Tua masih tetap hidup terus dalam sejarah bangsa, meskipun di sisi lain perjuangan bangsa Indonesia secara bersenjata telah berhenti.
“Hari demi hari berlipatganda anak-anak bangsa yang tercerahkan dengan missi pendidikan yang dikerjakan Guru Tua melalui peran generasi penerusnya. Madrasah Alkhairaat telah berkembang di 23 Propinsi dan 74 kabupaten/kota di Indonesia,” katanya. (RIFAY)