PALU – Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, Dr. HS. Mohsen Alaydrus berkesempatan menyampaikan sambutan pada pembukaan Festival Raudhah, di komplek PB Alkhairaat, Jalan SIS Aljufri, Palu Barat, Rabu (09/04) malam.

Festival Raudhah merupakan rangkaian peringatan Haul Guru Tua yang dilaksanakan setiap tahunnya.

Habib Mohsen mengatakan, haul kali ini memang berbeda dengan haul-haul sebelumnya. Menurutnya, pada haul kali ini tentunya akan lebih banyak orang yang datang, karena ekspektasi masyarakat yang terus bertambah.

“Banyak harapan-harapan masyarakat terhadap kegiatan haul ini karena kecintaan mereka kepada Guru Tua,” katanya.

Ia juga menyinggung fenomena baru-baru ini mengenai ujaran kebencian dan penghinaan yang dilakukan oleh sekelompok orang, Fuad Plered dan kawan-kawan, kepada Guru Tua.

Menurutnya, hal itu menunjukkan banyak orang yang ingin mempelajari dan mengetahui siapa Guru Tua, termasuk segelintir orang di belahan Pulau Jawa yang menilai Guru Tua dengan cara pandang yang kurang menyenangkan. Artinya, kata dia, sesungguhnya mereka sedang ingin mengenal siapa sosok Guru Tua dan Alkhairaat.

“Oleh sebab itu, kita perlu mengambil hikmah positifnya bahwa ketika ada orang yang ingin mengenal Guru Tua maka ini karena ketidaktahuan mereka. Dan Insya Allah ini pertanda bahwa Alkhairaat akan berada di seluruh belahan Indonesia, termasuk di Jogja, di Jawa Timur dan lainnya, bahkan Insya Allah sampai ke luar negeri nanti,” katanya.

Ia mengimbau masyarakat atau abnaulkhairat agar tidak perlu terpancing secara emosional menanggapi hal-hal yang negatif terhadap Guru Tua. Ia meminta agar semua pihak tidak terlepas dari semangat untuk menunjukkan bagaimana nilai-nilai ajaran Guru Tua itu dilaksanakan di tengah-tengah kehidupan.

“Hal-hal yang negatif itu kita serahkan saja kepada pihak berwajib untuk menanganinya. Sebaliknya, rasa cinta kita akan semakin tinggi karena ada orang yang sedang ingin mencari tahu tentang Guru Tua. Insyaallah dengan suasana ini akan semakin meningkatkan kecintaan kita kepada Guru Tua,” katanya.

Ia juga mengajak semua pihak untuk menunjukkan sportivitas Guru Tua, sebagaimana sportivitas Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam dalam perjuangan dakwahnya. Nabi di dalam berjuang, kata dia, juga tidak terlepas dari berbagai celaan masyarakat.

“Kita anggaplah orang-orang yang tidak mengerti itu, sama dengan pada saat Nabi berada pada periode Mekkah (kaum Quraisy) yang Insyaallah nanti pada paham dan mengerti, dan pada akhirnya mereka akan menjadi kaum Muhajirin dan Ansar,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, sesungguhnya Guru Tua sudah dikenal dekat dengan pribumi, khususnya di belahan timur Indonesia ini.

Sayid Idrus bin Salim Aljufri atau Guru Tua, kata dia, tidak hanya sebagai inspirasi bagi kehidupan ini, tatkala ia masih hidup. Tapi sampai ini, masih terus dirasakan manfaat perjuangannya, baik oleh penerusnya maupun masyarakat Indonesia timur secara umum.

Habib pun berharap, Festival Raudhah tidak saja berkembang dari sisi syiar dan kualitas penyelenggaraannya saja, tetapi dapat mewarnai kehidupan masyarakat dan ummat Islam di daerah ini.

“Acara Festival Raudhah semoga bisa meneguhkan komitmen terhadap kecintaan kepada Guru Tua dan Alkhairaat, sehingga perguruan Alkhairaat menjadi pusat pengembangan ilmu dan peradaban Islam di Indonesia,” tutup Habib Mohsen. (RIFAY)