Ketua Utama Hadiri Wisuda Santri MTs Alkhairaat Tatakalai

oleh -
FOTO: IST

BANGKEP – Untuk kedua kalinya, Ketua Utama Alkhairaat, Habib Sayyid Alwi Bin Saggaf Aljufri berkunjung ke Kompleks Perguruan Islam Alkhairaat Desa Tatakalai, Kecamatan Tinangkung Utara Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep).

Kehadiran cicit Guru Tua kali ini dirangkai dengan wisuda santri Madrasah Tsanawiyah (MTs) Alkhairaat Tatakalai, Ahad malam (19/05).

Kegiatan itu juga turut dihadiri Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banggai Kepulauan, H. Sofyan Arsyad dan Ketua Komda Alkhairaat Kabupaten Banggai Kepulauan, Sadat Anwar Bihalia.

Dalam amanatnya, Ketua Utama Alkhairaat menekankan pentingnya pendidikan.

Menurutnya, ada tiga tolok ukur maju mundurnya sebuah bangsa, yakni pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Pendidikan menjadi kunci utama.

Dengan pendidikan, kata Habib Alwi, perekonomian bisa maju. Melalui pendidikan masyarakat tahu bagaimana menjaga kesehatan dan menerapkan pola hidup sehat.

BACA JUGA :  Direktur Pendidikan Diniyah Kemenag RI Hadiri Peresmian Usaha Digital Printing Ponpes Putra Alkhairaat Pusat

“Pendiri Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aljufri, semasa hidup tak kenal lelah membangun madrasah demi memajukan pendidikan,” ujarnya.

Hal ini, kata Ketua Utama Alkhairaat, tercermin dari gubahan syairnya antara lain, “Aku ajak setiap muslim kepada ilmu dan takwa. Dengan keadaanku, hartaku, penaku dan juga lisanku.”

Habib Alwi mengatakan, Guru Tua berharap ilmu yang diperoleh santri dan guru di Alkhairaat, dapat mendekatkan diri kepada Allah. Takut berbuat pelanggaran, takut berdusta dan perbuatan dosa lain.

BACA JUGA :  Alkhairaat Sejahtera, Masyarakat Harus Ikut Sejahtera

“Itulah inti dari taqwa yakni memelihara diri, mawas diri dan membentengi diri dari perbuatan yang dimurkai Allah,” ujarnya.

Sementara terkait niat menuntut ilmu, Ketua Utama Alkhairaat mengingatkan agar semata-mata diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

“Bukan berharap sanjungan. Upayakan senantiasa ada keikhlasan di sana,” katanya.

Di akhir amanatnya, Habib Alwi menyampaikan kisah perlakuan dua orang murid terhadap sang guru.

Murid pertama yang ikhlas memberi mendapat keberuntungan, dan murid kedua yang tidak dilandasi keikhlasan mengalami kerugian.

“Di sini tergambar jelas, bahwa matematika manusia tidak sama dengan matematika Allah,” ujarnya menyimpulkan.*