PALU — Pengurus Besar Alkhairaat melaksanakan Apel Akbar Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2025 di Lapangan Kompleks perguruan Islam Alkhairaat. Ribuan santri dari sejumlah Madrasah di bawah naungan Alkhairaat antusias mengikuti jalannya apel dimulai sejak Pukul 07.30 Wita hingga selesai.
Apel Hari Santri ini terlaksana atas kerja sama antara PB Alkhairaat dan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Palu, serta diikuti oleh seluruh guru dan siswa di lingkungan Kemenag Kota Palu.
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, Habib Mohsen Alaydrus, membuka sambutannya dengan ungkapan duka cita mendalam atas wafatnya sekitar 67 santri dalam musibah di Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur beberapa hari yang lalu.

“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Kita semua berduka, bangsa ini berduka. Semoga seluruh korban mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan serta kekuatan iman,” ujar Habib Mohsen Alyadrus, Rabu, (22/10) pagi.

Lebih lanjut, ia mengingatkan makna sejarah penetapan Hari Santri pada 22 Oktober, yang berakar dari “Resolusi Jihad” KH. Hasyim Asy’ari pada 1945. Resolusi tersebut, katanya, menjadi pemantik semangat perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan dan melahirkan peristiwa heroik 10 November 1945 yang kini dikenang sebagai Hari Pahlawan.

“Resolusi Jihad membakar semangat anak bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan. Dari santri dan pesantrenlah lahir gelombang perjuangan yang melahirkan para pahlawan,” tutur Mohsen.

Memasuki satu dekade peringatan Hari Santri sejak pertama kali ditetapkan pemerintah pada 2015, Ketua Umum PB Alkhairaat menilai peran pesantren dan santri kini semakin kuat dalam berbagai bidang kehidupan bangsa. Pesantren kata dia bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tapi juga tempat membentuk karakter, akhlak, dan semangat kebangsaan.

“Dari rahim pesantren lahir tokoh-tokoh besar bangsa dari pejuang kemerdekaan hingga pemimpin umat,” ungkapnya.

Mohsen menilai tema hari santri “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia” yang diangkat tahun ini sangat relevan dengan tantangan zaman. Menurutnya, Santri harus menjadi penjaga nilai dan penggerak kemajuan, bukan sekadar penonton perubahan.

“Santri harus hadir sebagai pelaku sejarah baru, membawa nilai Islam rahmatan lil ‘alamin dalam membangun dunia yang damai dan berkeadaban,” ucapnya.

Ia juga mengapresiasi perhatian negara terhadap pesantren, terutama sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, yang mengakui dan menghargai pesantren sebagai lembaga khas Indonesia. Ketua Umum PB Alkhairaat mengajak seluruh santri untuk terus mengawal kemerdekaan Indonesia menuju peradaban dunia yang damai, adil, dan berkeadaban.

Ia menitip pesan kepada seluruh santri di Tanah Air, agar santri tidak berhenti hanya pada penguasaan kitab kuning semata, tetapi juga mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan perkembangan global yang saat ini berkembang dengan cepat. Jadilah santri yang berilmu, berakhlak, dan berdaya. Rawatlah tradisi pesantren, namun peluklah inovasi zaman.

“Karena barangsiapa menanam ilmu, ia menanam masa depan. Dari tangan para santrilah masa depan Indonesia akan ditulis. Santri sekarang harus menguasai teknologi, sains, dan bahasa dunia. Dunia digital harus menjadi ladang dakwah baru bagi santri,” pungkasnya.