POSO- Pasca tewasnya sisa daftar pencarian orang (DPO) teroris Poso, Jafar alias Pak Guru alias Askar Jaid yang ditembak aparat di lokasi pegunungan KM 13 Desa Kawende, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Kamis 29 September 2022 lalu.

Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kabupaten Poso menolak dilanjutkannya operasi bersenjata, sebab mempengaruhi kedatangan wisata di Kabupaten Poso.

Ketua Pramuwisata DPC Kabupaten Poso, Cristanto Todongi mengatakan, dilanjutkannya operasi bersenjata di Poso sangat-sangat mempengaruhi minat kedatangan wisatawan khususnya mancanegara.

“Tidak hanya ke Poso tapi menyeluruh di semua wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng), Negara-negara penghasil wisman pasti melarang warganya untuk berkunjung ke Poso,” kata Dedy panggilan akrabnya kepada MAL online, Ahad (2/10).

Ia menuturkan, saat sebelum adanya operasi bersenjata, pemandu wisata Poso atau yang di Sulteng hampir tidak pernah berhenti melakukan kegiatan pemanduan wisman. Sebab, banyak sekali turis yang datang baik masuk dari Toraja, Togean dan Palu maupun langsung dari Manado.

Lanjut kata dia, kebanyakan turis yang masuk berasal dari Eropa Belanda, Jerman, Autralia, Amerika, Kanada, Perancis, Prague, Italia dan lainnya, sebab pasar untui Sulteng kebanyakan menjual paket tournya ke sana.

“Namun adanya operasi kedatangan wisman turun drastis dan berangsur-angsur tidak datang sama sekali,” sebutnya.

Dedy mengatakan, memang minat datang wisman juga sangat dipengaruhi oleh Covid – 19 dan bencana alam, tapi kedua faktor itu tidak terlalu mempengaruhi dibanding operasi bersenjata.

Olehnya menurutnya, sudah saatnya Poso steril dari bayang-bayang teroris dan operasi Satgas Madago Raya. Mewakili seluruh juru bahasa sebagai pemandu wisata asing dirinya keberatan kalau operasi tetap dilanjutkan.

“Kami minta Jokowi untuk kembali mengevaluasi rencana lanjutan operasi Satgas Madago Raya,” pintanya.

Selama ini ujarnya, mereka dari pemandu wisata hanya jadi penonton dan tidak bisa berbuat apa-apa ketika pemerintah luar negeri membekukan warganya untuk datang ke Indonesia, yang salah satunya disebabkan adanya operasi bersenjata di Poso, Sulawesi Tengah.

Demikian pula terdapat banyak sekali kegiatan mengatasnamakan pariwisata yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan Satgas Madago Raya. Tujuannya memang bagus untuk menghilangkan stigma negatif dan meyakinkan masyarakat luar bahwa Poso sudah aman.

“Tapi di lain sisi negara-negara luar juga pasti memantau baik lewat media sosial maupun media massa jika di Poso ternyata masih ada operasi bersenjata,” sebutnya.

Olehnya jelas dia, kalau masih ada operasi bersenjata, mengesankan Poso belum aman. Dan sangat logislah kalau negara-negara luar kemudian melabeli jika Indonesia belum aman.

“Dan melarang warganya untuk datang ke Poso,” imbuhnya.

Rep: Ikram/Editor: Nanang