PALU – Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulawesi Tengah ( Sulteng) Sam Zaini sangat prihatin masih adanya kegiatan perploncoan di kampus.
Hal itu disampaikannya ketika melihat video model Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya (STIK IJ) Palu. Video itu memperlihatkan seorang mahasiswi perempuan yang dibentak untuk menggombali seorang lelaki, yang tampaknya seorang senior, dan disaksikan peserta lain yang menggantungkan kertas besar di leher mereka.
“Saya tadi dapat video dikirim teman saya terkait kegiatan mahasiswa baru di kampus STIK IJ, yang di Jalan Towua Palu Birobuli Selatan. Saya kaget menonton video tersebut, karena ternyata di kampus itu masih melakukan model atau gaya perpeloncoan. Sangat disayangkan hal itu dilakukan. Kita saja yang di sekolah tingkat SMP dan SMA sudah tidak melakukan hal seperti itu kenapa masih ada perpeloncoan itu dilakukan dikampus,” ujar Ketua PGRI Sulteng Sam Zaini kepada media ini, Kamis (8/9).
Menurutnya, sejak zamannya Anies Baswedan menteri Pendidikan tidak ada lagi atau dihapuskan perpeloncoan untuk perserta didik baru. Sam Zaini mempertanyakan, apakah di Perguruan Tinggi/kampus masih di perbolehkan perploncoan seperti video ini?
“Di sekolah saja, tak boleh lagi menuliskan nama dengan menggunakan kertas besar seperti itu, termasuk bakepang-kepang rambut segala macam,” imbuhnya.
Kata Ketua PGRI Sulteng ini, meskipun dalam video itu tidak kekerasan fisik, namun itu termasuk kategori perundungan, dikemas dengan sistem penerimaan mahasiswa baru.
“Kami ini begitu peduli dunia pendidikan. Mereka itu calon pemimpin bangsa tapi sangat disayangkan kenapa modelnya seperti itu,” ujar Sam Zaini.
Di tempat terpisah Muh Fatur Ketua Panitia Pembinaan Akademik, membantah Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) STIK IJ Palu adanya perploncoan. Adanya kertas besar yang digantung di dada mahasiswa itu, merupakan ciri khas dari kampus mereka, karena berlatar belakang dunia kesehatan.
“Tidak ada perpeloncoan yang kami lakukan di kampus kami. Adanya rambut kucir atau kepang dua dan papan nama-nama penyakit kami pasangkan di dada mahasiswa baru, itu ciri khas kampus kami. Setiap kampus tentu beda-beda pelaksanaan pengenalan lingkungan kampus,” ujar Fatur.
Sementara di tempat terpisah Panitia Maba (mahasiswa baru) Untad Palu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Nurul Saqinah mengklaim, model perploncoan dalam pengenalan lingkungan kampus sudah lama dihapuskan oleh fakultasnya.
“Untad tidak lagi melakukan hal seperti rambut dikepang dua dan menuliskan nama di karton di gantung di dada Maba (mahasiswa baru). Sekarang Anak Maba semua pakai id card, khusus wanita yang tidak berjilbab rambut diikat menggunakan pita. Sementara untuk mahasiswa berjilbab menggunakan pita yang diikat di lengannya itu menandakan anak mahasiswa baru,” jelas Nurul Saqinah.
Perlu diketahui, persoalan penerimaan mahasiswa baru dengan model serupa, masih terjadi di beberapa kampus di Indonesia. Komunitas Anak Untad, dalam sebuah rilis Agustus lalu menolak bentuk pewajiban kepala botak kepada mahasiswa baru.
“Padahal tidak pernah ada alasan rasional kenapa maba diperintahkan demikian kecuali hanya meneruskan budaya primitif senior mereka tempo dulu,” tulis komunitas ini dalam pesan flayernya, 7 Agustus lalu.
MAL Online, mencoba untuk mencari arti dari plonco, dalam KBBI, “plonco” diartikan sebagai “calon mahasiswa yang sedang mengikuti acara kegiatan pengenalan kampus”. Sementara dalam situs Historia.Id, asal muasal kata plonco merupakan pengganti dari ontgroening atau groentjes–tradisi pengelan sekolah oleh sekolah Belanda, lalu dilanjutkan oleh Jepang. Iistilah ontgroening kemudian diubah menjadi bahasa Jepang plonco yang artinya “kepala gundul”.
Reporter: IRMA
Editor: NANANG