PALU – Ketua Komisi Pemilahan Umum (KPU) Kota Palu Idrus mengungkapkan ada fenomena menarik terkait perilaku pemilih di ibu kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) antusiasme masyarakat saat Pemilu 2024 terbilang tinggi, dengan tingkat partisipasi mencapai 77 hingga 78 persen. Namun, saat bergeser ke Pilkada, semangat itu cenderung menurun.

“Figur yang tampil di Pemilu jauh lebih menarik dibandingkan Pilkada. Ini fakta,” ujar idrus di depan peserta sosialisasi dan pendidikan Pemilu, Rabu (18/6), di Hotel Sultan Raja.

Salah satu contoh kata Idrus adalah perolehan suara tokoh nasional Longki Djanggola. Di Pemilu 2024, Longki berhasil meraih puluhan ribu suara di Kota Palu — angka yang mencerminkan kekuatan figur dalam menarik pemilih.

Namun begitu, saat Pilkada digelar, partisipasi masyarakat mengalami penurunan signifikan. Menurut Idrus, ini disebabkan oleh kurangnya daya tarik figur lokal serta keterbatasan jumlah peserta dalam kontestasi kepala daerah.” Tenaga dan orang-orang yang terlibat di Pilkada sebenarnya lebih banyak berkepentingan di Pemilu. Karena jumlah kontestan lebih sedikit,” ujarnya.

Tak hanya itu, Idrus juga memaparkan hasil temuan menarik KPU terkait motif masyarakat datang ke TPS. Ada tiga alasan utama, Karena diminta oleh tokoh yang dituakan, seperti kepala keluarga atau tokoh masyarakat.Karena alasan materi dan uang, atau biasa disebut politik transaksional dan Karena kesadaran pribadi, yaitu pemilih yang datang karena merasa memiliki tanggung jawab dan menilai figur yang ada layak dipilih.

“Yang alasan ketiga ini adalah target utama kami dalam sosialisasi dan pendidikan pemilih. Kami ingin masyarakat datang ke TPS karena sadar dan yakin dengan pilihan mereka, bukan karena disuruh atau diberi imbalan,” ujar Idrus.

Sementara itu perwakilan Untad Palu Adam Malik mengatakan, pendidikan politik adalah proses yang dilakukan secara sadar dan sistematis untuk menumbuhkan pemahaman, kesadaran, dengan partisipasi aktif masyarakat dalam kehidupan politik, termasuk dalam proses demokrasi dan pemilihan umum.

“Mengapa pendidikan politik penting? yakni untuk mencegah apatisme politik, menumbuhkan budaya demokrasi, membentuk warga negara yang melek politik dan menghindari politik uang dan kampanye hoaks, memperkuat legitimasi hasil pemilu dan meningkatkan kualitas pemilu,” ujarnya.

Reporter: Irma