NGATA NU GURU, demikian nama itu tersemat untuk Desa Kalukubula, Kecamatan Sigi Biromaru, pada tahun 1960-1970-an, yang saat itu masih berkabupaten Donggala (saat ini Kabupaten Sigi, red). Nama itu disematkan sebab desa ini banyak mencetak guru, khususnya guru-guru Alkhairaat.

Ngata Nu Guru diingatkan kembali dalam Haul Habib Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua) ke-56 perdana secara akbar yang dihelat di Desa Kalukubula, tepatnya di Ruang Terbuka Hijau Taman Taiganja, Sabtu (4/5) lalu.

Haul yang digelar oleh Pemerintah Desa Kalukubula ini, dihadiri ribuan masyarakat Kalukubula, bersamaan juga dengan perayaan Halal bi Halal desa setempat.

Sekretaris Yayasan Pendidikan Alkhairaat Desa Kalukubula, Salim Mahdi mengingatkan tentang historia dari “ngata nu guru” yang disebut itu.

Lembaga Alkhairaat di Desa Kalukubula, dalam sejarahnya adalah lembaga Alkhairaat yang ketiga dibentuk oleh Guru Tua, setelah Ampana dan Biromaru. Adapun tokoh perintisnya adalah murid-murid Guru Tua, yaitu KH. Gasim Maragau, Ustad Abdul Wahid, dan Ustad Latjera Surantina.

“Haji Muhammad Gasim Maragau, beliau adalah orang Kalukubula, dan murid pertama kali Habib Idrus bin Salim Aljufri. Semua pasi sudah kenal. Haul setiap tahun pasti disebutkan namanya. Beliau dari Kalukubula dan memiliki anak cucu berada di Kalukubula,” kata Salim.

Kemudian pada periode selanjutnya Alkhairaat melahirkan guru-guru yang berasal dari Kalukubula, dan diutus mengajar di bebeberapa daerah, mereka yaitu Ustad Nawawi Ranggewaya,

“Ustad Nawawi Ranggewaya, beliau mengajar di madrasah Alkhairaat Pusat Palu bersama Guru Tua, di saat bersamaan beliau mengajar di lembaga Mualimin Alkhairaat di Kalukubula, pada saat itu,” sebut Salim.

Kemudian disusul, Ustad Mahdi Lakawa (diutus ke Donggala), Ustad Rais (ke Ternate), Ustad Ali Hubaib (ke Manado), Ustad Syarifudin Latjuni (ke Ternate), Ustad Syamsudin Pantongudu (ke Ternate), Ustad Ramli Ahmad (ke Ternate), Ustad Nu’man Yudje (ke Pakuli), Zamrud Lakawa (ke Pandere), Marzuki Ranggewaya (ke Kaleke), Ahmad Lapatta (ke Bobo), Abdul Hay (ke Sunju), Muhammad Hafidz Surantina (ke Kulawi), Sabran (Donggala), Ustad Djabir Djora (ke Toboli), Abdul Mugis (ke Silanga), Aminudin Lapatta (ke Ampibabo), Djalman Yalidjuna (Parigi), Utsdadza Ragwan (Parigi), Yahya Hambali (Labean), Ustad Zainal Arifin (Talaga), Ustad Suhami (Marana), dan lain-lain.

“Kalau ada anak yang sekolah dari sini, dia tidak menunggu tamat sekolah tiga tahun. Ada satu tahun sekolah berangkat mengajar,”

Karena itulah, kata dia, pada 1960-1970, abnaulkhairaat dari Pantai Timur dan Pantai Barat banyak yang belajar di Mualimin yang ada di Kalukubula, saat itu.

Dalam sambutannya, mengatakan, bahwa perhelatan ini untuk pertama kalinya diadakan di Kalukubula. Akan tetapi sebelum-sebelumnya haul rutin diigelar secara sederhana di rumah waqaf Guru Tua, di depan MTs Alkhairaat lama.

“Kita berharap Alkhairaat yang ada di Kalukubula ini akan senantiasa jaya selamanya. Senantiasa maju selamanya,” imbuhnya.

Dia mengingatkan bahwa Haul ini harus dijadikan sarana untuk membangkitkan kembali semangat untuk membangun Alkhairaat bersama-sama.

Ketua Pengurus Pusat Persatuan Guru Alkhairaat ini menitipkan kepada masyarakat Kalukubula, bila mencinta Guru Tua maka cintai peninggalannya, salah satunya MDA Alkhairaat.

Dia mengingatkan dua bulan kedepan telah masuk pada tahun ajaran baru, maka sebagai abnaulkhairaat, masukanlah anak-anak pada MDA, madrasah yang dibangun oleh Guru Tua.

Acara Haul di Kalukubula, dihadiri penceramah, yaitu Habib Abdullah Reza Aljufri, Pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Mustafa Lil Khairaat Ustad Zainal Abidin, Ketua DPRD Kabupaten Sigi Rizal Intje Nai, Pimpinan Majelis Zikir Nurulkhairaat Desa Kalukubula Djamaludin L Nusu, Asisten II Kabupaten Sigi Sutopo Sapto Chondro, Wakapolres Sigi Kompol Kiky Kristina dan sejumlah tokoh lainnya.

Reporter: Nanang