BALUT – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al-Hajar Banggai memproduksi keripik talas, hasil dari praktik mata pelajaran kewirausahaan.
Praktik tersebut kemudian berkembang menjadi usaha mandiri yang dikelola 5 siswa, masing-masing 4 orang kelas XII dan 1 orang kelas X beserta 4 guru.
Usaha keripik dengan nama Keripik Bete (nama lokal talas) SMK AL-Hajar tersebut diproduksi 3 kali seminggu, dengan target minimal 50 pcs sekali produksi. Sehingga dalam satu bulan, 400 pcs dengan pendapatan kotor Rp6 juta.
“Dalam satu pcs, anak-anak (siswa) mendapatkan seribu rupiah. Mereka lima orang, Rp50 ribu bagi lima, jadi Rp10 ribu per anak. Jadi pengeluarannya kami dalam Rp500 ribu itu Rp50 ribu untuk anak-anak. Sedangkan untuk guru Rp2000 per pcs,” jelas Waode Herniati, Bendahara SMK Al-Hajar yang tergabung dalam tim produksi Keripik Bete, Jumat (20/01).
Herniati menambahkan, usaha ini sudah ada di tahun 2018, namun masih dengan guru yang berbeda. Kemudian, kata dia, dilanjutkan lagi awal tahun 2022, lalu istirahat produksi pada pertengahan tahun, dan mulai kembali awal tahun 2023.
Lebih lanjut ia mengatakan, keripik-keripik itu dijajakan di kantor-kantor, dengan harga Rp10 ribu per kemasan dengan berat 100 gr, dan habis ludes terjual selama maksimal satu jam.
“Cuma kalo dibilang peminat, lebih banyak peminat ubi banggai. Apalagi yang warna ungu, itu harum sekali. Dulu kami pernah produksi keripik dari ubi banggai, tapi ubi banggai musiman dan harganya mahal. Jadi kami pilih bete, karena di Banggai banyak bete,” imbuhnya.
Sintia, satu-satunya siswa kelas X yang berpartisipasi dalam usaha Keripik Bete, mengatakan bahwa awalnya ia hanya ingin membantu dan menggantikan satu siswa kelas XII. Dia bahkan tidak tahu kalau ada uang sakunya.
“Saya mau membantu karena tidak mengganggu jam pelajaran saya. Daripada tidak punya aktivitas di pondok (SMK Al-Hajar mendiakan asrama bagi siswa yang jauh rumahnya), jadi saya mau bantu-bantu. Alhamdulillah dapat uang jajan, dikasih per minggu,” ujar Sintia.
Ia juga mengaku belajar promosikan jualan. “Awalnya torang baku-baku suruh, saya juga hafalkan kalimat untuk batawarkan keripik. Alhamdulillahbelum ada yangtolak tidak mau beli,” ujar Sintia.
Reporter : Iker
Editor : Rifay