Alhamdulillah, syukur tak terhingga, Allah SWT masih berkenan mempertemukan kita dengan Ramadhan, bulan paling mulia dan paling agung. Betapa bahagia kita diberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan.

Bulan yang ditunggu selama sebelas bulan kini datang membawa berbagai keuntungan besar bagi yang memanfaatkannya dengan baik.

Inilah kesempatan kita untuk melakukan ibadah dalam berbagai ragam. Karena pada  bulan Ramadhan, pahala dilipatgandakan. Dalam suatu hadits disebutkan: Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat.

Allah Taala berfirman: Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.

Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi (HR. Bukhari & Muslim).

Pahala yang luar biasa banyaknya dan kebahagiaan yang tak terhingga hanya bisa dinikmati oleh orang orang yang menyambut dan memanfaatkan. Ramadhan dengan baik. Bukan hanya baik dari segi niat, tetapi juga kemampuan untuk menahan diri dari segala godaan nafsu atau syahwat.

Apalagi, tak sedikit orang yang sudah terbiasa makan haram atau berkata buruk, akan melanjutkan perbuatan kejinya walau di bulan suci Ramadhan.

Pada zaman Rasulullah, Ramadhan dijadikan sebagai bulan prestasi. Umat Islam menjadikan bulan suci ini sebagai wadah untuk melakukan karya-karya besar, perjuangan-perjuangan strategis dengan kemenangan-kemenangan yang strategis pula.

Dalam perjuangan dakwah Islam, pada waktu inilah kaum muslimin generasi pertama mendapatkan sejumlah prestasi yang luar biasa. Di bulan Ramadan, ratusan orang menyatakan diri masuk Islam. Saat 10 Hijriyah, pernah seribu orang Thaif masuk Islam, kaum yang sebelumnya sangat memusuhi Islam. Pun, pada tahun 11 Hijriyah, ratusan orang Yaman menyatakan diri memeluk Islam.

Bahkan, umat Islam banyak memenangkan pertempuran-pertempuran yang terjadi pada Ramadan. Perang Badar, yang meletus pada 17 Ramadan, ditaklukkan oleh umat Islam. Satu-satu kemenangan diraih di bulan suci, seperti perang Khandaq, juga proklamasi Fathul Mekkah.

Tak hanya di zaman Nabi. Dinasti Abassiyah, dilahirkan saat bulan Ramadan. Di waktu ini pula, Panglima Uthbah bin Nafi menaklukan penaklukan Afrika pada 56 H. Pada tahun 99 H, Thariq bin Ziyad menyeberang dari Afrika Utara ke daratan Eropa. Masa itulah, pertama kali umat Islam menginjakkan kaki di daratan Eropa.

Tahun berikutnya, di tahun 100 H, umat Islam memperoleh kemenangan-kemenangan strategis. Misalnya, Salahuddin Al Ayubi berhasil mengembalikan Masjidil Aqsha ke tangan umat Islam.

Di bidang keilmuan, ulama-ulama melahirkan ragam karya tulis yang bernilai monumental. Imam Muhammad Idris Asy Syafi’i, umpamanya, menelurkan sejumlah karya-karya besar pada bulan  Ramadan. Karyanya yang monumental, Fiqih Al ‘Um, sampai sekarang diterbitkan lebih dari puluhan ribu kali. Tidak kurang 250 juta umat Islam mengikuti pendapatnya di bidang Fiqih.

Maka wahai kaum muslimin  tak malukah kita jika hanya menjadikan Ramadan sebagai momen sambil lalu saja? Padahal, Rasulullah SAW telah menganjurkan kita semua untuk bergembira ketika bertemu bulan Ramadan. Sebab di bulan inilah, pintu-pintu rahmat dan maghfirah terbuka lebar. Maka, mari persiapkan Ramadan sebaik-sebaiknya.

Jadikan Ramadan bulan teristimewa untuk meraih kesucian, juga kesempatan bertaqarrub kita kepada Allah SWT.

Mari kembali mengkaji QS Al Baqarah: 183, target dan tujuan berpuasa di bulan Ramadan adalah bukan hanya demi meraih kepasrahan dan pengabdian kepada Allah. Namun, juga harus memberikan dampak bagi mereka yang melaksanakan ibadah puasa.

La’allakum tattaqun. Agar dengan berpuasa, seseorang menjadi pribadi yang unggul dan takwa. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)