PARIMO- Badan Pusat Statistik Kabupaten Parigi Moutong (BPS Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mencatat angka dampak kemiskinan ekstrim dua tahun terakhir di wilayah itu dari 29 ribu mencapai 32 ribu jiwa. Sementara, untuk data penduduk miskin pada tahun 2021 mencapai 15,24 persen, secara persentase berada di atas Donggala dan Tojo Una-una.
“Data penduduknya mengalami penurunan dari 18 persen menjadi 15 persen, akan tetapi dalam kemiskinan tersebut terdapat kategori yakni kemiskinan ekstrim, yang jumlahnya cukup besar,” ungkap Kepala BPS Parimo, Simon Antolis, pada rapat koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah, di Aula Bapplitbangda, Senin (26/09).
Ia mengaku, secara nasional kemiskinan ekstrim di Sulteng mencapai tiga persen, dari jumlah tersebut 32 ribu jiwa terdapat di Parimo, Hal ini menjadi tugas bersama untuk menyelesaikannya.
Kata dia, dari tahun 2012 hingg 2021 angka kemiskinan setiap tahunnya mengalami penurunan 0,23 persen. Gambaran penduduk miskin di Parimo tersebar dari kecamatan Sausu sampai kecamatan Moutong. Paling utamanya di daerah pengunungan berada di Kecamatan Tinombo, Palasa, Tomini dan Sidoan, masuk dalam kategori komunitas adat terpencil.
Dia mengatakan, garis kemiskinan ini pula berdampak pada kenaikan inflasi harga bahan pokok dan angka kemiskinan yang akan bertambah. Sebab secara perhitungan, pengeluaran perkapita perbulannya mencapai Rp. 400 ribu lebih.
“Jadi garis kemiskinan berdasarkan inflasi harga. Kalau dilihat dari kedalaman kemiskinan Parimo yang paling tinggi mencapai 3,26 persen,” jelasnya.
Ia menambahkan, kemiskinan diwilayah ini cukup luar biasa .sehingga bantuan dari pemerintah telah diberikan untuk mengentaskan kemiskinan esktrim. Namun yang menjadi pertanyaan. apakah bantuan tersebut tepat sasaran atau tidak, dan bisakah menurunkan kemiskinan dengan bantuan tersebut?
Reporter : MAWAN
Editor: NANANG