PALU – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggelar acara Lokakarya Jurnalisme Kebencanaan, di Salahsatu hotel di Kota Palu, Jum’at (26/05).

Kegiatan itu mengangkat tema “Pendekatan Sinergi dalam Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Sulawesi Tengah”.

Dalam sambutan sekaligus pembukaan, Ketua Satgas Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Pasca Gempa Bumi dan Tsunami Sulawesi Tengah, Arie Setiadi Moerwanto yang dibacakan oleh Ir. Dedy Permadi, CES, selaku Ketua Harian Satgas menyampaikan, bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Kementerian PUPR dalam membangun hubungan sinergi dengan para jurnalis yang tergabung dalam media lokal dan nasional, serta para pengiat media sosial.

“Kami berharap, melalui kegiatan ini dapat terbangun hubungan sinergis dan kesepahaman dalam melaksanakan fungsi keterbukaan informasi publik untuk mengawal informasi dan pemberitaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana di Provinsi Sulawesi Tengah,” ucapnya pada sambutan tersebut.

Kata Arie, PUPR terus berupaya memberikan informasi dan berita kepada masyarakat, dengan menyediakan situs informasi dan berita yang dapat diakses di Sitaba-Sulteng, media sosial CSRRP, situs-situs resmi yang dikelola oleh Kementerian PUPR, layanan pers-conference, serta release berita yang dimuat di media lokal dan nasional.

“Lokakarya Jurnalisme Kebencanaan merupakan upaya mendekatkan kepada konsep dan implementasi jurnalisme kebencanaan, yang mengutamakan kepentingan informasi dengan prinsip jurnalisme yang akurat, humanis, komitmen menuju rehabilitasi, kontrol dan advokasi,”  tegasnya.

Bertindak sebagai keynote speaker, Ahmed Kurnia, Koordinator Bidang Pendidikan, Persatuan Wartawan Indonesia.l (PWI), Ahmed membawakan materi bertajuk, Jurnalisme Kebencanaan, Pendekatan Sinergi dalam Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Sulteng.

Pemateri diskusi panel, yaitu Udin Salim, Sekretaris PWI Perwakilan Sulteng bertajuk Prinsip, Fungsi dan Tugas Jurnalis dan Temu Sutrisno dari PWI Perwakilan Sulawesi Tengah/Pimpinan Redaksi Metro Sulawesi, Udin Salim membawakan materi, peran serta media dalam mendukung penyebaran informasi kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Sulteng.

Diskusi ini dimoderatori oleh Muslich Basri dan Malindo Adhi S sebagai co. Moderator dari PMC CSRRP

Ahmed Kurnia sebagai keynote speaker menekankan point-poin penting yang kemudian menjadi kunci dalam pembahasan pada Lokakarya ini.

Menurut Ahmed, Jurnalisme Kebencanaan merupakan genre baru. Sebagai wilayah yang rawan bencana, Indonesia, terutama wilayah Sulteng, akan menjadi kiblat bagi jurnalisme kebencanaan.

“Kita telah berpengalaman menangani berbagai bencana alam, karena itu sangat tepat jika Kementerian PUPR mengadakan Lokakarya ini,” katanya.

Menurut Ahmad, media harus mencerahkan dan mengedukasi. Para jurnalis harus memperhatikan sumber berita yang legitimate dan akurat.

“Dalam jurnalisme kebencanaan, wartawan harus memiliki keberpihakan kepada kemanusiaan,” jelas Ahmed.

Selanjutnya pada sesi Diskusi Panel menghadirkan dua Narasumber, yaitu Udin Salim dan Temu Sutrisno. Keduanya menyampaikan materi yang lebih praktis berbasis pengalaman wartawan dalam meliput bencana, sehingga memancing dinamika forum lebih hangat.

Udin Salim menekankan pentingnya  pemulihan psikologis, tidak melukai perasaan korban, kontinuitas berita dan autentik.

“Media tidak boleh mencampur adukkan fakta dan opini serta tidak menghakimi,” ungkapnya.

Sementara, Temu Sutrisno menekankan bahwa jurnalisme kebencanaan lebih menitikberatkan pentingnya informasi kemanusiaan yang imparsial, memenuhi hak-hak penyintas dan lebih dari itu, Pers harus menjadi media sambung rasa. Yang menarik, Temu menekankan perlunya berpijak pada Jernalisme Kemanusiaan dan Kebangsaan.

Lokakarya yang dihadiri oleh peserta yang terdiri dari unsur media local – nasional, cetak, elektronik dan online tersebut menyepakati  empat poin kesimpulan, yaitu:

1. Media memiliki peran strategis sebagai duta masyarakat dan mitra pemerintah dalam memastikan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi agar berjalan lancar dan sesuai dengan rencana.

2. Membangun relasi dan komunikasi antara instansi pemerintah dan pemangku kepentingan dengan pers untuk menginformasikan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Sulawesi Tengah.

3. Mendokumentasikan proses, cerita, narasi, dan best practice dari penanganan bencana sejak tanggap darurat hingga fase rekonstruksi dan rehabilitasi pascabencana di Sulawesi Tengah.

4. Keberlanjutan, yaitu membentuk forum diskusi ramah tamah, lomba jurnalisme, lokakarya, dan lain sebagainya dalam rangka membangun kemitraan media dan pemerintah. (YAMIN)