MAMUJU – Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) mengategorikan penyintas bencana alam gempa bumi di wilayah Sulawesi Barat (Sulbar) dalam kategori trauma sosial.

Asisten Deputi Perlindungan Anak Kondisi Khusus, Kementerian P3A, Elvi Hendrani, menyatakan, banyak perempuan dan anak yang mengalami trauma karena gempa. Hal itu diketahui berdasarkan assessment yang dilakukan pihaknya dengan para relawan terhadap ratusan pengungsi yang tersebar di banyak titik.

Menurutnya, salah satu alasan yang menjadikan penyintas dalam kategori trauma karena rata-rata dari mereka masih memiliki tempat tinggal, namun enggan kembali karena khawatir gempa susulan serta terjebak dengan kabar-kabar hoax lainnya.

Karena itu, kata dia, langkah pemulihan yang akan dilakukan pihaknya adalah memasifkan dukungan-dukungan psikososial dari pelbagai pihak, di antaranya Kementrian Kesehatan, Kementerian Sosial, HIMPSI, TNI AL serta MDMC.

“Jadi kegiatan-kegiatan ini bukan trauma healing, namun dukungan psikososial anak-anak berkumpul, bergembira bersama sambil kita selalu ingatkan 3M,” ujar Elvi di Mamuju, Selasa (19/01).

Meski begitu, lanjut dia, tak menutup kemungkinan ada di antara para penyintas yang memerlukan trauma healing, berdasarkan assesment secara individual oleh psikolog.

Dalam melakukan dukungan psikososial, saat ini pihaknya telah mengaktifkan dua posko ramah perempuan dan anak dan tenda ramah anak untuk melancarkan akses komunikasi.

Sejauh ini, pihaknya juga masih memasifkan dukungan psikososial di wilayah Mamuju. Sedang wilayah Majene belum bisa dilakukan karena terkendala akses jalur yang rawan longsor.

Berdasarkan pendataan yang sementara berjalan, tercatat jumlah perempuan dewasa sebanyak 18.484, bayi berusia 0 sampai 2 tahun sebanyak 1.413, usia 2 sampai 6 tahun 301 dan usia 6 sampai 17 tahun ada 1.092 jiwa.

Sementara jumlah lansia 161 jiwa, disabilitas 29 jiwa, ibu hamil 42 jiwa dan ibu menyusui 98 jiwa.

Reporter : Faldi
Editor : Rifay