Kementan Dorong Peningkatan Komoditas Jagung di Sulteng

oleh -
Suasana FGD yang dilaksanakan Kementerian Pertanian untuk mendorong produk komoditas jagung di salah satu hotel, Selasa (28/08). (FOTO: MAL/YAMIN)

PALU – Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sulteng melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka mendorong peningkatan produk pertanian, khususnya komoditas jagung.

FGD yang mengangkat tema “Upaya Meningkatkan Produksi Jagung dalam Rangka Mendorong Ekspor dan Pemenuhan Kebutuhan Domestik” itu dilaksanakan di salah satu hotel di Kota Palu, Selasa (28/08) dibuka Staf Ahli Menteri Pertanian, Bidang Perdagangan dan Hubungan International, Ir. Mat Syukur dan dihadiri Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sulteng, Ir. Trie Iriani Lamakampali dan seluruh kepala dinas terkait se-Sulteng.

FDG itu membahas sejumlah topic, yakni potensi dan porspek produksi jagung Sulteng untuk pasokan pasar domestic dan ekspor, kebijakan Pemerintah Kabupaten Tojo Una-Una dalam mendukung peningkatan produksi dan ekspor jagung, prospek dan kendala ekspor jagung, pasokan jagung untuk dalam negeri dan untuk pemenuhan kebutuhan pakan ternak.

BACA JUGA :  Andono Wibisono: Terima Kasih Para Slankers Bisa Tepati Janjinya

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sulteng, Ir. Trie Iriani Lamakampali, mengatakan, berdasarkan data dari pantauan lapangan, harga jagung di Sulteng termasuk di Kabupaten Tojo Una-Una tahun ini menurun, terutama di bulan Mei. Masalah itu terjadi karena ada kesepakatan antara pelaku usaha dengan petani berdasarkan kriteria produksi.

Kata Trie, saat ini harga ditingkatan petani hingga Rp2 ribu ke atas. Dengan harga seperti itu, petani sudah meliki keuntungan. Meski demikian, pemerintah selalu mengharapkan jika harga lebih dari yang sudah ada.

“Yang jelas mengapa Sulteng harganya turun dibanding tahun 2017, mungkin karena euforia produksinya naik membuat petani tidak terlalu pikirkan soal harga. Petani memikirkan yang penting apa yang laku sekarang dan lebih baik dari kemarin, oke aja,” katanya.

Dia menambahkan, berdasarkan data, sudah dua tahun Kabupaten Tojo Una-Una berada di peringkat kedua untuk produksi jagung dan Kabupaten Poso di posisi pertama.

BACA JUGA :  DKM IMIP dan Alkhairaat Gagas Beragam Program Sosial dan Keagamaan

“Bicara produksi tertinggi di Sulteng saat ini, nomor satu Kabupaten Poso. Untuk tahun 2017 Kabupaten Buol,” katanya.

Meski demikian, Trie menyampaikan masalah-masalah tersebut akan dibahas bersama dalam forum FGD, untuk mencari solusi demi peningkatan produksi-produksi jagung petani yang ada di Sulteng.

Di kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tojo Una-Una, Ir. Muhammad Nur Rahmat, memaparkan beberapa permasalahan yang terjadi di daerahnya terkait dengan pengembangan jagung, di antaranya lemahnya permodalan petani, terutama untuk menyediakan sarana produksi pertanian dan pada waktu tertentu beberapa sarana itu sulit diperoleh.

Selain itu, lanjut dia, produksi jagung sebagian besar dihasilkan di musim hujan, sedangkan alat pengering dan gudang sangat terbatas, menyebabkan produksi jagung alami kerusakan serta belum adanya jaminan harga pada saat panen raya dan masih terbatasnya benih hibrida di tingkat petani.

BACA JUGA :  Pengadilan Negeri Palu Dukung Revisi PP Tunjangan Hakim

“Bulan Februari, awal saya masuk di dinas, langsung didemo. Waktu itu harga Rp2000 saya hadapi dan kita tindaklanjuti dengan lakukan pendataan di lapangan. Ternyata banyak kelemahan kita dapatkan, kita behani dan sekarang tidak ada lagi demo. Di Kabupaten Tojo Una-Una dulu kita ekspor 20 ribu ton lebih, bahkan akhir tahun ini kita bisa ekspor 50 ribu ton,” tandasnya. (YAMIN)