JAKARTA – Tim Kelompok Kerja (Pokja) Pahlawan Nasional Habib Sayyid Idrus bin Salim (SIS) Aljufri atau Guru Tua bersama Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Dinsos Kota Palu menyerahkan dokumen usulan ke Kementerian Sosial (Kemensos) RI, di Jakarta, Senin (28/03).

Penyerahan tersebut disaksikan Ahli Waris Guru Tua, Habib Ali bin Muhammad bin Idrus bin Salim Aljufri yang saat ini menjadi Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat.

Ketua Pokja, Habib Alwi Muhsin Aljufri saat dihubungi media ini, mengatakan, usulan tersebut diserahkan secara resmi kepada Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan, dan Restorasi Sosial, Kemensos RI.

“Dokumennya langsung diverifikasi saat itu juga dan Alhamdulillah sudah lengkap, tinggal beberapa hal teknis lagi. Setelah itu akan langsung diajukan ke Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP),” ujarnya.

Ia menambahkan, setelah diverifikasi, dokumen tersebut akan diperbanyak lagi sesuai jumlah TP2GP, yakni sebanyak 17 orang.

“Setelah itu, kemungkinan Bulan Mei mereka akan bersidang. Penentuan terakhirnya nanti di Presiden,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Provinsi Sulteng, Hasbiah Zaenong, berharap, usulan tersebut tidak menemui kendala atau masalah.

“Kita berharap di sidang TP2GP lancar dan pada saat Hari Pahlawan Sulteng akan mendapat Pahlawan Nasional lagi yaitu SIS Aljufri,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung pengusulan tersebut, mulai dari pemerintah kabupaten/kota, hingga masyarakat Sulawesi Tengah.

“Terlebih khusus untuk Pemkot Palu dan keluarga,” ujarnya.

Sebelumnya, Anggota TP2GD Provinsi Sulteng, Dr. H. Lukman Nadjamuddin, mengatakan, semua anggota TP2GD menyatakan bahwa ulama yang akrab disapa Guru Tua itu memang layak untuk diusulkan sebagai Pahlawan Nasional. Sebab, lanjut dia, semua syarat yang dibutuhkan sudah dipenuhi.

Ia berharap agar semua tahapan itu bisa terlewati dan tidak ada masalah lagi. Ia meyakini, tidak ada lagi masalah dengan persyaratan untuk SIS Aljufri.

“Kita berdoa supaya bisa ditetapkan, karena dari sisi substansi tidak ada yang meragukan. Apa bedanya Achmad Dahlan dengan Muhammadiyah, demikian juga KH Hasyim Asy’ari dengan Nahdlatul Ulama (NU). Begitu pula Guru Tua dengan Alkhairaat yang perjuangannya juga melintasi batas wilayah, seperti Kalimantan, Papua, Maluku dan Sulawesi Tengah, dan sekarang masih kelihatan napak tilas perjuangannya,” tuturnya.

Reporter : Irma
Editor : Rifay