MOROWALI – Kepala Kantor wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulteng, H. Abdullah Latopada, Sabtu (21/10) melauching proyek perubahan peningkatan kualitas keagamaan melalui optimalisasi peran BP4 Kabupaten Morowali yang digagas oleh Kepala Kemenag Morowali.

Kepala Kemenag Morowali, Hj. Marwiah menjelaskan bahwa gerakan perubahan yang digagasnya bukan tanpa dasar dan tiba-tiba. Ide itu mucul karena melihat kondisi di Morowali khususnya umat muslim mengalami krisis dalam hal ketahanan rumah tangga.

“Tingkat perceraian di Morowali mencapai 150 persen, ini cukup tinggi. Olehnya untuk meningkatkan pelayanan perlu adanya kerjasama Kemenag Morowali, pemerintah Morowali, Pengadilan Agama Morowali (BP4) agar lebih ketat lagi dalam menindaklanjuti laporan masyarakat dalam hal permasalahan rumah tangga,”ucapnya.

Dia mengharapkan dukungan pihak terkait itu agar cita-cita dan komitmen dalam pelayanan kepada masyarakat utamanya dalam memahami kasus perceraian. Karena menurutnya ketika perceraian terjadi akan berdampak buruk pada generasi.

Di kesempatan yang sama, Kepala Kanwil Kemenag Sulteng, H. Abdullah Latopada mengatakan peran Kemenag dalam pencegahan perceraian melalui Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) harus lebig diperketat lagi, dalam hal pengajuan keputusan bercerai.

Menurut Kakanwil, program Kanwil Kemenag Sulteng selama ini memberikan gagasan adanya majelis Hubuul Wathan, melalui  wadah itu diharapkan keberadaan majelis tersebut ada di Morowali secara teknis keberadaan majelis taklim Hubbu Wathan hingga ketingkat desa.

“Dalam Majelis taklim tersebut akan ada materi yang diberikan kepada masyarakat. sehingga masyarakat dapat memahami agama dengan baik dan mereka mendapatkan bimbingan yang lebih baik lagi. Diharapkan pula materi ketahanan keluarga sehingga dapat mencegah adanya niat maupun tindakan untuk melakukan perceraian,”jelasnya.

Ditambahkannya,  tingginga angka perceraian disebabkan oleh faktor teknologi yang disalahgunakan. Olehnya bagi Kakanwil, hal itu menjadi tugas belbagai pihak masyarakat bagaimana dapat menyikapi teknologi komunikasi dengan bijak. Keberadaan smartphone seperti bermata dua dapat digunakan untuk kebaikan maupun keburukan.

“Beberapa kasus perceraian juga dipicu adanya teknologi yang berkembang, yang penerapannya dimanfaatkan dengan kurang bijak,”tambahnya.

Olehnya Kakanwil menegaskan bahwa hal tersebut menjadi tugas dan tanggungjawab semua masyarakat karena bagaimana menyikapo teknologi komunikasi dengan bijak.

Terkait dengan hal tersebut Bupati Morowali H. Anwar Hafid mengharapkan adanya dukungan Kemenag Sulteng untuk membantu daerah membawa masyarakat yang religius nasionalis mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bupati dua periode itu membeberkan di Morowali tercatat tingkat perceraian cukup tinggi, dari tahun 2016 sebanyak 157 peceraian dan tahun 2017 hingga Oktober ini  naik 203 perceraian.

Dari data yang ada, yang banyak menggugar adalah perempuan sehingga menurutnya, dengan kerjasama antara BP4 dengan PA dan Kemenag diharapkan ada tim dibentuk sehingga dapat menekan angka perceraian.

“Ini sangat perlu, kedepan harus dapat dipertimbangkan juga apa yang menjadi dampat dari perceraian itu, sehingga pasangan tidak mudah untuk bercerai karena salah satu penyebab perceraian adalah penggunaan smartphone dan juga narkoba,”pintanya.

Kegiatan yang dihadiri oleh sleuruh ASN dilingkungan Kemenag Morowali, pihak Pengadilan Agama BP4 dan jajaran Bidang Kesja Morowali. Dikesempatan itu juga dirangkaikan  dengan penandatanganan kesepakatan bersama terkait dengan program tersebut. (YAMIN)