PALU – Universitas Tadulako (Untad) memperluas jejaring internasional dengan menjalin kerja sama strategis bersama perusahaan energi hijau asal Jepang, Green Power Co., Ltd.

Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Rektor Untad, Prof. Dr. Ir. Amar, ST., MT., IPU., ASEAN Eng., dan CEO Green Power, Harou Minakata, di Palu, Senin (4/8).

Penandatanganan disaksikan langsung oleh perwakilan dari kedua belah pihak. Kesepakatan ini berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan persetujuan bersama.

Kerja sama ini mencakup berbagai program. Antara lain, Riset bersama dan pengembangan produk inovatif berbasis energi hijau. Program magang, pelatihan, dan workshop untuk mahasiswa dan dosen. Pertukaran peneliti dan akademisi, dan Inovasi teknologi berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Rektor Untad, Prof. Amar, menegaskan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen universitas dalam menjawab tantangan global di bidang energi dan lingkungan hidup.

“Kami terus membuka diri untuk kolaborasi internasional, terutama dalam pengembangan teknologi hijau dan peningkatan daya saing lulusan di tingkat global,” ujarnya.

Sementara itu, CEO Green Power, Harou Minakata, mengapresiasi potensi Untad dalam hal kualitas sumber daya manusia dan komitmen terhadap isu lingkungan.

Sebagai langkah awal implementasi, akan dilaksanakan proyek penelitian pengembangan tanaman kelor (moringa) berskala besar, yang melibatkan Untad, Green Power Jepang, dan Pemerintah Kabupaten Sigi.

Ketua Tim Peneliti, Dr. Ir. Abdul Rosyid, M.Si., menjelaskan bahwa penelitian awal akan difokuskan pada analisis kapasitas penyerapan karbon dan kandungan nutrisi kelor sebelum masuk ke tahap budidaya.

“Jepang membutuhkan sekitar 4.000 hektare lahan untuk pengembangan kelor. Penelitian awal ini akan berlangsung selama tiga bulan di empat kabupaten. Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi. Proyek ini diharapkan tidak hanya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi juga membuka peluang ekonomi hijau yang berkelanjutan di Sulawesi Tengah,” jelas Rosyid.