Kembangkan Budidaya Ikan Air Tawar, DKP Sulteng Akan Berdayakan Ponpes

oleh -
Kepala Bidang Budidaya, Pembinaan dan Pengolahan Hasil Perikanan DKP Provinsi Sulteng, Muhammad Syafar. (FOTO : Mediaalkhairaat.id/Yamin)

PALU –  Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) memiliki program  budidaya ikan air tawar yang dikhususkan bagi Pondok pesantren (Ponpes) di wilayahnya.

“Tahap pertama kita akan lokalisir untuk dua pesantren di Kota Palu dan Kabupaten Sigi,” ucap Kepala Bidang Budidaya, Pembinaan dan Pengolahan Hasil Perikanan DKP Provinsi Sulteng, Muhammad Syafar, Selasa (25/05).

Kata Syafar, program itu akan direalisasikan pada tahun 2022 mendatang. Program dimaksud adalah Biontren, akronim dari Bioflok Masuk Pesantren. Bioflok sendiri merupakan salah satu teknologi budidaya ikan air tawar untuk nila dan lele yang tengah dikembangkan di Sulteng.

Dia mengatakan selain di Palu dan Sigi, sasaran program Biontren disiapkan untuk salah satu pesantren di wilayah Kabupaten Parigi Moutong. Namun untuk finalisasinya masih harus menyesuaikan kesiapan anggaran.

BACA JUGA :  Terima Pengaduan Lawyers Sangganipa, Polda Sulteng Pastikan Bekerja Profesional

“Tahun-tahun berikutnya baru kita menyebar ke kabupaten lain. Tapi memang ada kita setting satu di Parigi Moutong. Kita rencana nanti mungkin enam paket saja dulu, masing-masing dua paket,” katanya.

Syafar menerangkan, keberadaan budidaya ikan dengan teknologi Bioflok memang diutamakan menyasar masyarakat, salah satunya melalui pesantren. Selain itu, lembaga pemerintah, lembaga keagamaan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), termasuk juga sekolah-sekolah vokasi. Namun, khusus sekolah vokasi akan dikhususkan diutamakan untuk penyediaan alat pengolahannya.

BACA JUGA :  Kominfo Donggala Gencarkan Edukasi untuk Percepat Penurunan Stunting di Sulteng

“Kenapa sekolah vokasi lebih banyak pada alat pengolahannya, supaya bisa mereka gunakan sebagai fasilitas praktek,” terangnya.

Syafar menjelaskan, Bioflok dikembangkan karena teknologi budidaya ini ramah terhadap lingkungan, mudah dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah, dengan areal lahan yang kecil dan kebutuhan air yang terbatas.

Selain itu, biaya operasionalnyapun mampu ditekan kisaran 40 persen, mulai pakan dan kebutuhan air yang sangat rendah, karena tidak memerlukan penggantian air secara rutin. Bioflok dinilai salah satu solusi peningkatan ekonomi masyarakat di masa pandemi, sekaligus menjaga ketahanan pangan. (YAMIN)