PALU- Pasca gempa, likuifaksi dan tsunami 2018 silam Masjid Agung Darusalam Sulawesi Tengah, tidak bisa lagi digunakan, karena bangunnya mengalami kerusakan berat. Kini masjid tersebut akan dibangun lagi dan berubah nama menjadi Masjid Raya Baitul Khairaat. Namun kemana sisa bangunan lama tersebut?

Seorang warga, Rahman Jalan Bantilan yang juga jamaah masjid agung, yang aktif mengamati pembangunan Masjid Raya Baitul Khairaat mempertanyakan kemana aset tersebut. Sebab menurutnya pemerintah provinsi tidak pernah mempublikasikan aset masjid eks Masjid Agung Darusalam ini.

“Seperti kubah masjid, pagar besi keliling yang ratusan meter, ratusan kursi pesta merek Chitos, puluhan AC tempel, puluhan AC duduk yang besar, genset otomatis yang besar. Belum lagi puluhan AC pemberian bantuan paskah bencana kemana semua aset itu,” ujar Rahman.

Ia mengatakan, saat ini gubernur Sulteng Rusdy Mastura hanya sibuk mempublikasikan pembangunan masjid raya itu, tanpa memperhatikan lagi aset milik masjid milik Pemda itu.

“Saya dapat informasi apa betul atau tidak konon kabarnya aset masjid yang ratusan juta itu sudah diperjualbelikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab, ” ungkap Rahman.

Sementara Kepala Biro Perlengkapan Umum (Perlum) Pemprov Sulteng Suandi mengatakan, sebelum pelaksanaan perubuhan bangunan Masjid Darusalam tersebut, ada dua instansi yang diberikan tanggung jawab yakni Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) dan Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (Cikasda) Provinsi. Pengeloaan aset masjid itu sebelumnya diberikan ke BKD untuk menetapkan statusnya, lalu diserahkan kepada pihak yayasan Pengelola Masjid Agung Darusalam, jadi menurutnya bukan tanggung jawab Biro Perlum.

“Kalau yang kami tangani khusus asetnya, hanya masjid di lingkungan kantor gubernur. Dulu sebelum perubuhan bangunan saya tahu diberikan kepada Biro Kesra dan Dinas Cikasda yang dikuasakan asetnya. Tanya ke mereka, jangan tanya ke Biro Perlum,” ujar Karo Perlum Suandi kepada media Alkhairaat, Selasa (7/1).

Karo Kesra Pemprov Sulteng Awaluddin mengatakan, untuk aset masjid agung Darusalam pihaknya tidak menangani hal itu.” Silahkan tanya ke Perlum atau Cikasda, kalau Kesra baru-baru ini merapatkan penetapan perubahan nama Masjid Agung Darusalam menjadi Masjid Raya Baitul Khairaat. Penetapan nama masjid itu melibatkan beberapa pihak seperti dari Unisa (Universitas Alkhairaat), UIN dan Muhammadiyah. Kalau tanya asetnya jangan ke saya,” ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (Cikasda) Prov. Sulteng  Andi Ruly Djanggola mengatakan, kalau aset masjid agung bisa ditanyakan ke Biro Kesra. Menurutnya saat mereka membangun, kondisi area itu sudah rata dengan tanah. Dia menyarankan untuk menanyakan ke pihak yayasan siapa yang merobohkan bangunan tersebut.

“Tidak pernah diserahkan aset masjid ke Cikasda. Kami membangun sudah di tanah kosong, yang selama ini pengelolaan masjid melalui yayasan. Terkait penunjukan yayasan bisa ditanyakan ke Biro Kesra,” ujar Ruly.

Pemerinrah Provinsi Sulteng membangun kembali masjid tersebut dengan menggunakan anggaran pembangunan masjid tersebut (Pagu), sebesar Rp 380 miliar dari APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, melalui Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air. Proyek prestisius ini mengadopsi teknologi terbaru dalam konstruksi masjid dan ditargetkan rampung pada Maret 2025 (multi year contract). Ditargetkan pembangunan masjid yang berganti nama menjadi Masjid Raya Baitul Khairaat, bulan Maret 2025 mendatang.

Reporter: IRMA
Editor: NANANG