Kelompok Ngapa Inovasi Ubah Sampah Jadi BBM, Niat Produksi Massal

oleh -
Asmawati (baju pink) diapit rekan kelompok Ngapa Inovasi dan berada diantara barang-barang sampah hasil kerajinan , di Booth Lapangan Huntap Duyu Kel.Duyu, Kec.Tatanga. Sabtu (24/9). Foto : IKRAM

DI Tengah naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dan sulit mendapatkannya, Kelompok Ngapa Inovasi, Kelurahan Taipa, Kecamatan Palu Utara melakukan inovasi mengubah limbah sampah plastik menjadi bahan BBM seperti bensin, minyak tanah dan solar.

Tentu selain menjadi BBM alternatif, produk Kelompok Ngapa Inovasi juga mengurangi volume sampah dan lingkungan menjadi bersih dan asri.

“Untuk menghasilkan 0,8 liter jenis BBM bensin, minyak tanah dan solar dibutuhkan sedikitnya 1 kilogram sampah,” tutur Asmawati saat menyambangi di Boothnya pada Market Event 2022, Festival Produk Alternatif dan daur ulang di selenggarakan IBU Fondation, bertempat di Lapangan Hunian Tetap (Huntap) Duyu, Kelurahan Duyu Kota Palu mulai Sabtu (24/9) sampai dengan Ahad (25/9).

Hasil itu belum maksimal kata dia, sebab masih menggunakan mesin manual. Dalam satu kali produksi mereka hanya bisa menampung sampah sekitar 10 kilogram.

BACA JUGA :  Dewan Pers: Wartawan Jadi Tim Sukses Harus Mundur

Olehnya, ia berharap BBM hasil inovasi mereka ini bisa diproduksi secara massal, agar bisa digunakan masyarakat umum. Tapi upaya itu belum mendapat respon dari pihak terkait.

“Pernah kami sampaikan kepada pihak terkait, tapi tidak direspon. Kami dijawab nanti ada pihak lain yang marah,” ucapnya sedikit membisik.

Ia mengatakan, BBM hasil inovasi mereka ini sudah teruji dan dipakai lingkungan warga Taipa seperti untuk sepeda motor, mesin katinting perahu dan lainnya dengan harga Rp10 ribu untuk 1 liter bensin dan Rp7 ribu solar.

“Dan syukur selama memakainya belum ada juga warga yang komplain mesinnya rusak,” ujarnya.

BACA JUGA :  Perbanyak Syukur

Ia menambahkan, pengetahuan mengubah sampah plastik menjadi BBM ini, mereka dapatkan dari pelatihan diberikan Dirsan Masra dari lembaga swadaya masyarakat Tanantovea.

Dan untuk mendapatkan sampah diubah menjadi BBM menurut Asmawati, mereka dapatkan dengan mencari atau mengais sendiri.

“Belum kami beli, dicari sendiri baru diolah,” tuturnya.

Tapi sejak mendapat pendampingan dari IBU Fondation, mereka sudah memiliki bank sampah yang diberi nama bank sampah Navoe. Sehingga mereka sudah terbantu dan tentunya bisa memberdayakan masyarakat setempat.

“Untuk sampah-sampah sudah dipilah dihargai Rp3000 dan belum dipilah Rp1000 di bank sampah kami kelola,’ bebernya.

BACA JUGA :  Tambang Ilegal, Merkuri dan Dampak Buruknya untuk Kehidupan

Dan kata dia, setiap akhir pekan rekan-rekan lainnya dalam kelompok, menjemput sampah-sampah tersebut di rumah-rumah warga.

“Kadang satu rumah tangga bisa sampai 20 kilogram,” pungkasnya.

Selain mengubah sampah menjadi BBM, Kelompok Ngapa Inovasi ini juga memproduksi kerajinan-kerajinan tangan lainnya. Semuanya hasil dari daur ulang sampah seperti tempat lampu hias, tempat tissue , sofa dan lainnya.

Di tempat sama, Project Manager Plastic , Reduction Project Lerivia Maharani mengatakan, Market Event ini selain membuka pasarnya, ini juga sekaligus mengampanyekan kebijakan pengurangan sampah plastik sekali pakai.

“Sebab sudah ada Perbup Nomor 2 tahun 2022 dan Perwali nomor 40 tahun 2021 pengurangan sampah plastik sekali pakai,” imbuhnya.

Rep: Ikram/Ed: Nanang