Selepas Ramadhan dan Idul Fitri ada salah satu ibadah yang sangat utama untuk dikerjakan oleh umat Islam. Ibadah tersebut adalah puasa sunnah Syawal. Puasa sunnah enam hari di bulan Syawal merupakan ibadah puasa sunnah yang utama,”
Sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan dan kemudian dia mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun.” (HR Muslim).
Keutamaan puasa Syawal. “Pertama, nilai puasanya menjadi sempurna, yakni puasa setahun penuh. Kedua, dicintai Allah dan meraih ampunan dosa seperti ditegaskan dalam Alquran Surah Ali Imron ayat 31.
Ketiga, meraih syafaat Rasulullah dan bersama beliau karena menghidupkan sunnah belia. “Siapa yg menghidupkan sunnahku maka sungguh ia mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku bersamaku di surga.” (HR At Tirmidzi)
Keempat, puasa Syawal merupakan tanda jelas meningkatnya iman dan takwa seorang Muslim. “Karena itulah disebut ‘Syawwal’ yang artinya bulan peningkatan,.
Hikmah kelima puasa Syawal adalah menutupi kekurangan selama puasa Ramadhan. “Keenam, di antara tanda ikhlas, gemar dengan amal sunnah, kalau wajib ya kewajiban tetapi kalau sunnah adalah kerelaan seorang hamba mengabdi kepada Allah,
Ketujuh, puasa Syawal merupakan salah satu cara terbaik memupuk keimanan kepada Allah dan kecintaan kepada Nabi-Nya. “Puasa Syawal sangat ringan , hanya enam hari. Sebulan Ramadhan saja sanggup, apalagi dorongan cinta Allah dan Rasul-Nya (untuk melaksanakan puasa Syawal),
Hikmah kesembilan puasa Syawal adalah hamba Allah yang beriman yang cerdas itu adalah semua sunnah dihidupkan sebagai bekal di akhirat kelak. “Puasa Syawal boleh berturut turut enam hari setelah Idul Fitri atau puasa enam hari selama di bulan Syawal. Bagi muslimah yang berutang puasa, lebih utama bayar puasa dulu,
Ada juga sunnah lainnya di bulan Syawal yaitu anjuran menikah di bulan Syawwal. Bagi yang sudah dimudahkan oleh Allah Taala bisa melaksanakan sunnah ini.
Dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallaahu’anha, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menikahiku di bulan Syawwal dan mulai berkeluarga denganku di bulan Syawwal, maka siapakah istri Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang lebih beliau cintai daripada aku.” [HR. Muslim]
Nabi Muhammad SAW menikahi ‘Aisyah di bulan Syawwal adalah untuk menepis anggapan bahwa menikah di bulan Syawwal adalah kesialan dan tidak membawa berkah. Ini adalah keyakinan dan aqidah Arab Jahiliyah. Ini tidak benar, karena yang menentukan beruntung atau rugi hanya Allah Ta’ala.
Bulan Syawwal dianggap bulan sial menikah karena anggapan di bulan Syawwal unta betina yang mengangkat ekornya (syaalat bidzanabiha). Ini adalah tanda unta betina tidak mau dan enggan untuk menikah, sebagai tanda juga menolak unta jantan yang mendekat. Maka para wanita juga menolak untuk dinikahi dan para walipun enggan menikahkan putri mereka.
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi ‘Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah sebagian masyarakat yaitu tidak suka menikah di antara dua ‘ied (bulan Syawwal termasuk di antara ‘ied fitri dan ‘idul Adha), mereka khawatir akan terjadi perceraian. Keyakinan ini tidaklah benar.”
Maka menghitung-hitung tanggal lahir calon pengantin untuk menentukan jodoh atau hari pernikahan yang cocok adalah termasuk kebiasaan jahiliyah dan syirik kepada Allah ta’ala. “Barangsiapa yang dihalangi oleh perasaan sial untuk melakukan hajatnya maka ia telah berbuat syirik.” [HR. Ahmad). Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)