Kecelakaan Tragis di PT GNI, Buruh Pernah Unjuk Rasa Minta APD

oleh -
Ilustrasi kecelakaan kerja

PALU-  Dua orang karyawati operator alat berat di tambang nikel PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), Morowali Utara, meninggal dunia, Kamis (22/12). Penyebab kematian mereka karena insiden kebakaran diakibatkan oleh ledakan tungku di smelter dua milik PT GNI.

Rupanya kecelakaan ini sudah lama menjadi kekhawatiran pekerja di perusahaan tersebut. September lalu, buruh PT GNI yang tergabung dalam Serikat Pekerja Nasional melakukan aksi unjuk rasa dan mogok kerja. Salah satu tuntutan  diberikan oleh para buruh adalah agar PT GNI memberikan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, serta penghapusan denda ganti rugi  dibebankan ke setiap pekerja apabila mengalami kecelakaan kerja.

Tuntutan tersebut menunjukkan betapa buruknya keamanan kerja dalam PT GNI, hilangnya nyawa para buruh seharusnya bisa dicegah.

Koordinator Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat, Pius Ginting, menyatakan produksi  nikel  saat ini menjadi mineral andalan teknologi rendah karbon mengatasi sebagai solusi mengatasi perubahan iklim jangan menumbalkan buruh dan lingkungan hidup.

BACA JUGA :  Resmi Bertugas, Ini Nama-Nama Anggota DPRD Touna Periode 2024-2029

“Buruh yang bekerja di sektor nikel harusnya menjadi kelompok diuntungkan dengan peralihan dengan teknologi rendah karbon. Namun kenyataannya kecelakaan fatal di sektor nikel telah terjadi berulang,”kata Pius dalam rilisnya yang diterima MAL Online, Sabtu (24/12). 

Kesejahteraan dan perlindungan buruh, kerja layak,  seharusnya menjadi bagian dalam skema just transition energy program (JETP). Komitmen pendanaan sebesar 20 miliar dollar telah dibuat Pemerintah dengan mitra global harus ada dialokasikan untuk evaluasi dan peningkatan keselamatan pekerja di sektor mineral transisi. 

“Transisi berkeadilan dalam sektor tenaga kerja dan penciptaan kerja  layak dan berkualitas adalah bagian dari Kesepakatan Paris 2015 disetujui Pemerintah dan perlu segera dilaksanakan secara konkrit di sektor nikel,” jelasnya.

BACA JUGA :  Berebut Rente di Lokasi PETI

Dia memaparkan, menurut data Kementerian ESDM 2021, terdapat 104 kecelakaan tambang di Indonesia. Dari 104 kecelakaan tersebut, 11 mengakibatkan kematian. Tak hanya di pertambangan nikel, 9 Desember 2022 lalu, tambang batubara milik PT NAI di Sumatera Barat mengakibatkan 10 orang meninggal dunia dan 4 orang luka-luka.

“Angka tersebut menunjukkan betapa pentingnya dilakukan perbaikan dari segi keselamatan kerja, dan pentingnya perusahaan diminta bertanggungjawab atas kejadian-kejadian seperti ini,” ujarnya.

Nikel, serta tambang nikel, kata dia, mendapatkan perhatian lebih dalam skema just transition dewasa ini. Tren penggunaan kendaraan listrik meroket sebagai respon terhadap pengurangan emisi dari kendaraan bermotor.

BACA JUGA :  Panggilan Shalat

Konsumsi nikel, yang digunakan sebagai bahan baku baterai untuk kendaraan listrik ikut melambung. Menurut penelitian Wood Mackenzie (2020), konsumsi nikel baterai di tahun 2019 mencapai 162 kiloton. Konsumsi ini diperkirakan meningkat hingga 265 kiloton 2025.

Menurutnya, sebagai negara dengan salah satu cadangan terbesar nikel di dunia, Indonesia memainkan peran sentral agar nikel tidak justru menjadi sumber bencana bagi lingkungan atau masyarakat. Oleh karena itu, semakin penting agar kesejahteraan para buruh, khususnya di tambang-tambang nikel, tidak disepelekan.

Reporter: IKRAM
Editor: NANANG