PALU – Integrasi nilai-nilai budaya berperspektif gender dan perlindungan anak menjadi sorotan utama dalam Dialog Lintas Aktor Perkumpulan Lingkar Belajar untuk Perempuan (LIBU Perempuan) Sulawesi Tengah di kafe Tanaris, Rabu (30/7).

Asisten Pemerintahan dan Kesra Fahrudin, berkesempatan membuka acara secara daring.

Dalam sambutan gubernur yang dibacakan, Asisten Fahrudin mengapresiasi dan berterima kasih atas kolaborasi LIBU Perempuan, AMAN Indonesia dan UN Women dalam mendorong partisipasi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

“Keberadaan organisasi-organisasi ini sangat vital, karena mereka berhasil memberikan suara bagi perempuan di tingkat akar rumput dan memastikan bahwa kepemimpinan perempuan mendapatkan tempat yang layak dalam pengambilan keputusan,” ucapnya mengapresiasi.

Kolaborasi berbagai organisasi dalam forum ini juga dipandangnya penting untuk memberikan pandangan konstruktif bagi penyempurnaan Rancangan Aksi Daerah Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Korban Konflik Sosial (RAD-P3AKS) Sulteng.

Khususnya, ia berharap supaya nilai-nilai budaya lokal yang responsif gender dan perlindungan anak dapat diserap ke dalam Rancangan RAD-P3AKS.

“Dalam konteks dinamika sosial yang terus berubah, penting bagi setiap kebijakan yang dirumuskan untuk tidak hanya bersifat normatif, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya yang kaya serta menghargai keberagaman,” imbuhnya demi terwujudnya lingkungan aman dan ramah bagi perempuan dan anak Sulteng.

Senada dengan harapan asisten, salah satu narasumber, Dr. Misnah, S.Pd., M.Pd, mengulas bagaimana suku Kaili yang mendiami lembah Palu memiliki tradisi yang sangat menghargai dan menjaga kehormatan perempuan.

Diperkuat lagi dengan sistem kekerabatan bilineal yang berlaku dalam suku Kaili, di mana garis keturunan ditarik dari kedua belah pihak, baik ayah maupun ibu.

Sistem ini sambungnya, mencerminkan kesetaraan gender lewat pemberian hak dan kedudukan yang sama bagi laki-laki maupun perempuan dalam keluarga dan kehidupan sosial masyarakat.

“Budaya Kaili memiliki nilai-nilai yang pro perempuan dalam nuansa kesetaraan gender,” ungkapnya.

Sementara itu, Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Diana Adam Patalau memaparkan tentang program inovatif dalam RAD-P3AKS guna mewujudkan desa/kelurahan ramah anak dan perempuan yang terintegrasi dengan desa/kelurahan Bersih Narkoba (Bersinar).

Terobosan ini muncul setelah mengkaji betapa luasnya dampak narkoba yang disinyalir dapat memicu konflik sosial serta aksi kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam keluarga.

“Semoga forum dapat memberikan sumbangsih bagi rancangan pergub RAD-P3AKS,” harapnya agar masyarakat sipil, akademisi, dan organisasi perempuan berkolaborasi mengawal RAD-P3AKS.

Kegiatan dihadiri Direktur LIBU Dewi Rana, Fasilitator Maya Safira, perangkat daerah, para aktivitas perempuan dan anak, serta mitra kerja terkait.***