Kebakaran Berulang Pasar Manonda dan Mitigasi Perlu Perhatian

oleh -
Warga Kota Palu menyaksikan secara dekat puing-puing sisa kebakaran pasar Inpres Manonda Palu, Rabu (30/3). Foto : Ikram

MATAHARI pagi belum menampakkan dirinya. Masih pagi sekali, di hari Rabu itu, sekumpulan orang dari berbagai arah datang ingin menyaksikan dari dekat puing-puing Pasar Inpres Manonda, yang mengalami kebakaran sekira pukul 21.40 WITA, Selasa 29 Maret 2022 malam.

Kepulan asap putih dan kobaran api kecil di puing-puing itu nampak masih tersisa. Hawa panas juga masih terasa, di beberapa titik kebakaran dari sekitar 200 lapak pedagang yang terbakar.

Warga datang tiba di lokasi melihat sisa-sisa puing kebakaran semalam tidak tinggal diam, bermodal gawai dan paket kuota melakukan siaran langsung , hanya sekadar mengabarkan atau menyampaikan kepada keluarga atau handai taulan tidak sempat melihat secara langsung dampak dari kebakaran. Tiada tersisa dari lapak terbakar, semua ludes menjadi arang dan debu.

Dari sisa-sisa puing kebakaran tidak sedikit warga mempunyai mata pencaharian sebagai pemulung beroleh rizki , sisa-sisa besi atau tembaga kabel terbakarpun diambil untuk dijual menambah pundi-pundi uang menjelang bulan puasa Ramadhan menyisakan beberapa hari saja.

Tak ketinggalan sebagian pedagang lapaknya terbakar, ikut melihat dan mencari barang-barang apa masih bisa diambil.

Salahsatu pedagang pasar Inpres Manonda Hj.Indah merasa bersyukur lapak dagangannya berada depan pintu gerbang utama tidak dilalap api.

Ia juga tidak melakukan evakuasi terhadap barang-barang dagangannya. Hal ini dilakukannya ketika api berkobar. Ia melihat arah tiupan angin tidak mengarah pada ruko depan pintu utama menjadi tempat dagangannya.

Dia menceritakan, api terlihat dari lapak pedagang pakaian berada dekat menara pasar sebelah Selatan. Ia belum mengetahui secara pasti awal penyebab kebakaran.

“Api cepat menjalar dan berkobar disebabkan tidak ada jalan masuk bagi mobil pemadam kebakaran, sehingga upaya pemadaman dilakukan tidak begitu maksimal untuk menuju titik api,” kata Indah ditemui lokasi kebakaran Rabu (30/3).

Lain halnya pedagang Leli semua barang daganganya ludes terbakar. Padahal baru beberapa hari lalu, Ia pasokan dagangan pakaian ke lapaknya sebab jelang bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.

Ia pasrah atas kejadian kebakaran itu. Asanya untuk mendulang untung jelang lebaran tinggal harapan. Ia menuturkan, kebakaran jelang puasa atau lebaran ini kerap terjadi.

BACA JUGA :  Sulteng Raih 15 Medali di PON XXI Aceh-Sumut, Emas Perdana dari Renang

“Tak berprasangka buruk, tapi selalu kejadiannya seperti itu,” katanya.

Olehnya dari kejadian kebakaran itu, ia memetik pengalaman kedepannya untuk tidak melakukan pasokan barang.

INTALASI LISTRIK SEMRAWUT TAK LIBATKAN PLN

Kebakaran pasar Inpres Manonda Palu bukan hanya sekali dua kali terjadi. Dari catatan Sekretaris Pengelola Pasar Inpres Manonda Palu Syarif Tiku mengatakan, sepengetahuan dan seingat dia pasar Inpres Manonda Palu ini mengalami kebakaran sudah enam kali (belum termasuk di tahun 1990-an, red).

“Seingat saya sudah enam kali terbakar pasar Inpres sampai hari ini,” kata Syarif telah menjadi pengelola pasar sekitar delapan tahun di hubungi di Palu, Sabtu (2/4).

Ia merinci, terakhir terbakar pasar ikan 2020 silam, sebelumnya pernah terjadi kebakaran 2018, 2016 dan 2015.

“Dari beberapa peristiwa kebakaran yang terjadi ini, diduga akibat korsleting listrik, tapi yang berhak menyampaikan pihak kepolisian,” kata Syarif akrab dipanggil Om Podi.

Hal itu kata dia, berdasarkan penglihatan Rudi saksi petugas kebersihan pasar telah dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Ia melihat percikan api dari colokkan salahsatu lapak pedagang dekat menara menjual kaus kaki dan tas.

Ia tak menampik instalasi listrik pasar Inpres Manonda semrawut. Hal ini terjadi, karena adanya kebiasaan pedagang yang menyambung aliran listrik bila membangun lapaknya, tanpa konfirmasi kepada pihak petugas PLN.

Olehnya, dia berharap kedepan petugas PLN untuk melakukan pemeriksaan atau swiping ke dalam pasar untuk memeriksa instalasi listrik, secara berkala agar tidak terjadi kesemrawutan.

Selain itu perlu diperhatikan jalan masuk mobil pemadam kebakaran jika sewaktu-waktu kembali terjadi kebakaran. Ini juga yang menyebabkan api sulit dipadamkan oleh pihak pemadam kebakaran.

Ia menuturkan, awalnya jalan masuk ke Pasar Inpres ada, hanya tertutup oleh pedagang yang menambah lapak dagangan.

“Nyambung sepotong, nyambung sepotong, sampai ketemu itu seng,” kata dia dalam dialek khas Kaili.

Ia mengatakan, ini bisa dilihat usai terjadi kebakaran jalan masuk itu terbuka.

Untuk itu kedepan dia menyarankan hal pertama dibangun adalah jalan masuk ke dalam pasar, lalu pintu. Menurutnya ada 16 pintu masuk ke dalam pasar Inpres, dari 16 pintu itu sarab dua salahsatunya saja dibuka. Pintu itu dijaga oleh pihak keamanan, sedangkan pintu lainnya ditutup.

BACA JUGA :  Kemenkumham Sulteng Tingkatkan Pelindungan Kekayaan Intelektual Desa

Selain Itu pada malam hari, saran dia, tidak ada lagi pedagang berada di dalam pasar, setidaknya sampai pukul 21.00 WITA. Kalaupun ada pedagang di dalam pasar, hanya untuk mengambil barang-barangnya, Itupun melewati salahsatu pintu yang dibuka tersebut dengan menggunakan ID card.

Sebab kata dia, ini untuk menjaga kemungkinan adanya yang membuang puntung rokok sembarangan. Dengan dibukanya 16 pintu tersebut, tidak mungkin dapat diawasi petugas ronda, yang hanya 10 orang, mengawasi luas pasar mencapai 5 hektare.

Ia menyebutkan, untuk petugas ronda di pihak ketigakan, bukan oleh pengelola pasar. Petugas Pasar Inpres sendiri berjumlah 22 orang, terbagi dalam tiga bidang yaitu kebersihan, retribusi dan keamanan.

“Dan jam kerjanya hanya sampai pukul 16.00 WITA, tidak di malam hari,” ungkapnya.

TAK ADA ALAT PEMADAM API RINGAN

Tak kalah pentingnya, kata dia, pemerintah perlu mengadakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebagai antisipasi awal ketika terjadi kebakaran.

“APAR itu pernah ada, seingatnya terakhir 2016. Itupun cuma satu tabung,” ucapnya.

Ia menambahkan, APAR itu wajib sebagai antisipasi awal sebelum adanya petugas kebakaran tiba di lokasi. Mengingat luas pasar mencapai 5 hektare, agar di setiap titik-titik tertenru memiliki APAR tersebut.

“Bila perlu 50 tabung diadakan untuk dipercayakan kepada pedagang-pedagang pada titik-titik tertentu,” sebutnya.

Hal lainnya jelasnya, terkait persoalan antara pemerintah kota dan PT. Sari Dewi Membangun yang masih berpolemik agar bisa menyelesaikan persoalan lahan tersebut.

Berkaca dari pengalaman kebakaran Pasar Inpres yang cepat menyebar, sebab tidak adanya jalan masuk ke titik api.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Palu, Sudaryano Lamangkona mengatakan, sebenarnya pihaknya menginginkan jalan masuk lebih cepat menuju titik api. Sebab adanya keterbatasan peralatan sehingga untuk mendekati titik api itu menjadi kendala.

Kedepannya, Ia menyarankan di sekitar kawasan Pasar itu bisa di sediakan sarana dan prasarana air baku. Sehingga lebih mempercepat proses pengambilan air baku bagi mobil pemadam kebakaran.

Ia juga menyarankan, selain pengadaan sarana dan prasarana air baku, di setiap lapak atau ruko perlu disediakan APAR. Ini menjadi standar untuk upaya penanggulangan awal, ketika terjadi kebakaran.

BACA JUGA :  REI Diharapkan Jadi Penyumbang PAD Sulteng di Sektor Properti

“APAR disediakan memiliki volume 6 killogram. Dua hal itu perlu menjadi perhatian, dan tak kalah penting pembentukan relawan kebakaran,” ujarnya.

Paling penting membangun kesadaran bersama, bahwa peralatan listrik sesuai standar dan tidak boleh melakukan penambahan kapasitas peralatan listrik dengan menggunakan peralatan di bawah standar.

Olehnya dia menyarankan, ketika membutuhkan kebutuhan listrik. Baiknya hal ini ditangani oleh orang yang paham penggunaan alat listrik, serta tidak melakukan penyambungan, sebab kebutuhan melakukan dengan sendiri.

Tak lupa Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat Kota Palu saling memberi peringatan kepada warga lainnya penambahan kapasitas listrik, sebab kebutuhan dilakukan sendiri.

“Baiknya berikan pada ahlinya dan semua peralatan miliki standar,” menyudahi.

BELUM ADA HASIL OLAH TKP

Akibat peristiwa terbakarnya pasar Inpres Manonda Palu, pihak Polda Sulteng dan Polres Palu turunkan Tim INAFIS.

Tim olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) Gabungan Polda Sulteng dan Polres Palu, memasang garis polisi dan melakukan penelitian dan dokumentasi dari sudut satu ke sudut lainnya Rabu (30/3).

“Pemeriksaan atau pengolahan TKP lokasi kebakaran Pasar Inpres Manonda Palu, hari ini dilakukan tim gabungan dari Inafis Polda Sulteng dan Polres Palu, Jelas Kabidhumas Polda Sulteng Kombes Pol. Didik Supranoto.

Namun hingga saat ini belum ada hasil dari olah TKP tersebut. “Belum ada hasil,” kata Kasubdit Penerangan Masyarakat Bidang Humas Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tengah Kompol Sugeng Lestari dihubungi Sabtu (2/4).

Warga Kota Palu menyaksikan secara dekat puing-puing sisa kebakaran pasar Inpres Manonda Palu, Rabu (30/3). Foto : Ikram

Tidak hanya itu peristiwa kebakaran memantik rasa empati Komunitas ojek online (Ojol) Simpeljek dengan melakukan aksi penggalangan dana.

Koordinator Komunitas Simpeljek Tadulako Amar mengatakan, pegalangan dana ini merupakan salahsatu bentuk kepedulian kami terhadap para penyintas kebakaran.

“Seluruh sopir simpeljek Palu merasa terketuk melihat musibah di alami para pedagang. Karena kami membangun komunitas ini agar bermanfaat bagi ojol dan masyarakat,” katanya.

Ia menambahkan dana terkumpul akan disumbangkan langsung kepada para penyintas. Namun beberapa ojol secara pribadi juga ikut menyumbangkan dana semampunya.

Reporter: IKRAM