DONGGALA – Isu SARA, ujaran kebencian dan berita hoaks kerap muncul dan berkembang pada perhelatan pemilihan umum dan pilkada. Hal ini dinilai sangat rawan memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Oleh karena itu, diperlukan peran aktif generasi muda untuk bersama-sama menangkal isu SARA, ujaran kebencian dan berita hoaks pada Pemilu 2024 guna mewujudkan pesta demokrasi yang damai.
Untuk itu pula, Ketua Karang Taruna Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala, Handry mengajak generasi muda untuk menghindari dan menangkal isu SARA, ujaran kebencian dan berita hoaks. Ia juga menyatakan bahwa pihaknya siap bekerja sama dengan pemerintah dan Polri untuk menciptakan situasi aman dan kondusif pada pemilu 2024.
“Masyarakat di Indonesia lebih membutuhkan politik berkualitas sehingga seharusnya para peserta pemilu dan tim suksesnya tidak menggunakan isu SARA, ujaran kebencian dan berita hoaks,” ujar Handry, baru-baru ini.
Menurutnya, tantangan yang muncul dalam menghadapi Pemilu dan Pilkada selalu tidak dapat terlepas dari arus polarisasi di dalam masyarakat, yang dibentuk melalui informasi-informasi di media sosial (medsos), yang membuat peluang kesalahan informasi masih cenderung sering terjadi.
Hal ini mengakibatkan masyarakat terpecah menjadi kubu-kubu yang berseberangan yang dapat memicu terjadinya konflik
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) memprediksi pemilih muda pada tahun 2024 mendatang bisa tembus hingga 60%. Dengan kata lain, Pemilu 2024 akan menjadi era para mahasiswa dan pemilih pemula untuk memberikan suara.
Tentu saja, lanjut dia, generasi muda, baik itu mahasiswa ataupun yang masih mengenyam bangku SMA/SMK agar dapat menggunakan hak pilihnya dan mampu berperan aktif dan mendukung kegiatan Pemilu 2024.
“Banyaknya generasi muda yang akan berpartisipasi dalam Pemilu 2024 tentu saja akan menjadi kue lezat bagi kader partai politik untuk berebut simpati. Sehingga, beragam cara akan digunakan oleh partai untuk menarik simpati pemilih muda, khususnya melalui media sosial,” tambahnya.
Selain itu, kata dia, generasi muda juga harus mampu bermedia sosial dengan bijak dan tidak mudah terpengaruh terhadap berkembangnya isu SARA, ujaran kebencian dan berita hoaks.
Ia pun berharap kepada partai politik agar tidak menggunakan isu SARA, ujaran kebencian dan berita hoaks karena rentan membuat perpecahan antar sesama. *
“