PALU – Baru-baru ini Jema’ah haji asal Indonesia ramai-ramai mengeluhkan sistem pelayanan haji di Arab Saudi.
Pasalnya, fasilitas istirahat Jema’ah, khususnya di Mina, Arafah dan Muzdalifah, sangat tidak memadai. Diantaranya, Jema’ah harus tidur di lorong – lorong tenda, WC yang antrian sampai 2 jam, bahkan AC di tenda tidak berfungsi dengan baik, yang mengakibatkan ketidak nyamannya Jema’ah.
Meski demikian, berbeda dengan penilaian Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Prof. KH. Lukman Thahir.
Dia menilai, bahwa Kementerian Agama (Kemenag) melalui kepemimpinan, Yaqut Cholil Qoumas telah berhasil membuat terobosan peningkatan kualitas pelayanan haji.
“Dapat dilihat dari distribusi kuota masing – masing provinsi, persiapan keberangkatan, keberangkatan itu sendiri, puncak pelaksanaan, hingga kembalinya jamaah haji ke Tanah Air,” kata Profesor Lukman Thahir, di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (19/6).
Keberhasilan pertama, kata Prof. Lukman, dapat dilihat dari adanya peningkatan kuota haji. Di mana, kuota haji Indonesia pada tahun 2023 berjumlah 221.000, meningkat menjadi 241.000 pada tahun 2024.
“Tentu ini menjadi satu kesyukuran bagi umat Islam di Indonesia, karena bertambahnya kuota menjadi peluang akan semakin banyaknya umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji,” kata Profesor Lukman.
Bertambahnya kuota ini, sebut Profesor Lukman, diikutkan dengan peningkatan kualitas pelayanan terhadap jemaah haji Indonesia. Pelayanan itu meliputi, pertama, pelayanan jemaah pada fase kedatangan berjalan lancar.
Kedua, proses pelayanan jemaah pada fase kedatangan juga berjalan lancar, baik di Madinah maupun Makkah. Jemaah bisa mendapatkan layanan katering, transportasi, akomodasi, termasuk perlindungan Jema’ah, dan bimbingan ibadah.
Ketiga, proses puncak haji berjalan lancar, yang diikutkan dengan sejumlah kesiapan – kesiapan dan antisipasi serta pelayanan yang dilakukan oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bersama otoritas Arab Saudi.
“Maka keberhasilan – keberhasilan ini harusnya diapresiasi oleh semua pihak di Tanah Air termasuk DPR. Sehingga tidak hanya bisa mengkritisi, tetapi juga bisa mengapresiasi,” ujarnya.
Untuk tahun 2024, Badan Pusat Statistik Arab Saudi (Gastat) mencatat bahwa jumlah total jamaah haji tahun ini sebanyak 1,8 juta orang lebih. Ini termasuk 1,6 juta orang lebih yang berasal dari berbagai negara serta 221.000 lebih haji domestik, baik warga Saudi maupun ekspatriat.
Rektor mengatakan bahwa 1,8 juta merupakan jumlah yang sangat banyak. Sehingga apabila terjadi dinamika – dinamika atau hal – hal kecil yang tidak berdampak langsung terhadap ibadah haji, merupakan hal yang bisa saja terjadi di luar dari upaya manusia.
“Misalnya mengenai tenda jamaah, AC, ini adalah hal – hal kecil. Namun, Kementerian Agama terus berupaya menyiapkan fasilitas yang memadai, meskipun hal itu adalah tanggung jawab otoritas Arab Saudi,” ungkapnya.
Dengan demikian, menurut Rektor, kritikan terhadap Kementerian Agama mengenai masalah kecil seperti AC dan tenda, kurang tepat. Karena, pelayanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, merupakan tanggung jawab pihak Arab Saudi.
“Jadi, jangan sampai hanya karena AC mati, terus Menteri Agama yang disalahkan,” ucapnya.
“Kritikan dan saran sangat bagus, tetapi alangkah bagusnya sebelum mengkritisi, terlebih dahulu melihat secara menyeluruh atau melihat secara utuh, sehingga ada keberimbangan. Jangan sampai hanya bisa mengkritisi, tetapi tidak bisa mengapresiasi. Harusnya kritikan dibarengi dengan apresiasi terhadap Kementerian Agama,” kata Rektor.
YAMIN