PALU – Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, didampingi Wakil Wali Kota, dr. Reny A. Lamadjido resmi melaunching Kain Tenun Palu motif Kelor, di ruang rapat Bantaya Balai Kota Palu, Senin (11/07).

Desain kain tenun Kota Palu motif kelor sendiri telah mendapatkan pengakuan sebagai kekayaan intelektual berdasarkan Surat Direktur Hak Cipta dan Desain Industri Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM sesuai surat nomor 000302565 tanggal 16 Desember 2021.

“Sehingga bisa dipastikan bahwa kain tenun Kota Palu motif kelor menjadi milik Pemerintah Kota Palu dan masyarakat Kota Palu,” ujar Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid.

Ia menjelaskan, proses visualisasi kelor sebagai motif mengikuti prinsip-prinsip yang ada pada hasil kajian motif kriya wastra lembah Palu. Motif-motif hasil kajian dikombinasikan dengan motif tanaman kelor yang telah divisualisasikan dalam enam belas motif.

Motif utamanya adalah bentuk geometris, garis atau titik flora, fauna dan bentuk alam lainnya. Warna yang dipakai adalah gabungan warna primer (Merah, Kuning, Biru), warna sekunder (Hijau, Ungu, Jingga), monokrom (Hitam, Putih), nuansa kecoklatan dan kemerahan seperti kain kulit kayu.

“Semua warna memiliki makna dan filosofi. Secara visualisasi motif Tava Kelo dikembangkan menjadi Sasio Tava Kelo (Sembilan Daun Kelor) yang berarti terdapat delapan kecamatan di dalam satu Kota Palu yang menjadi pusat koordinasi dan pengembangan wilayah,” jelasnya.

Sedangkan Alima Tava Kelo (Lima Daun Kelor) memaknai empat kecamatan di satu Kota Palu (Utara, Barat, Timur, Selatan) sebelum pemekaran wilayah.

Selanjutnya, dikembangkan motif Wastra Tonda Talusi, wastra Vanta, Wastra Kavali Kelo, Wastra Katupa Ngapa, Wastra Nolili, Wastra Lalavo, Wastra Balengga, Wastra Risi, Wastra Reme, Wastra Kutuvua, Wastra Nonju, Wastra Sintuvu, dan Wastra Patampasu.

“Hal ini harus kita pelajari bersama. Agar filosofi-filosofi yang terdapat di dalam kain tenun ini bisa menyesuaikan keadaan dan situasi,” katanya.

Dia mengatakan, Kota Palu memiliki kekayaan adat serta budaya yang beranekaragam dan telah diakui secara nasional.

Menurutnya, banyak warisan budaya yang menyumbang potensi besar bagi ekonomi kreatif, salah satunya adalah wastra.

“Wastra merupakan kain nusantara khas Indonesia, contohnya kain tenun. Hampir setiap wilayah di indonesia memiliki wastra atau kain tenun, tak terkecuali Kota Palu,” katanya.

Ia mengungkapkan, wastra merupakan peninggalan turun temurun leluhur yang menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia. Setiap wastra memiliki nilai-nilai filosofis yang agung dan luhur.

Untuk Kota Palu sendiri, katanya, telah mengembangkan wastra melalui kajian yang diinisiasi Badan Litbang Kota Palu bersama Tim Ahli Desain Kain Tenun Kota Palu, budayawan, dan mereka yang memiliki kompetensi dalam hal ini.

Wali Kota menyatakan, pengembangan desain motif tenun Kota Palu menggunakan tumbuhan kelor sebagai variabel yang memiliki nilai budaya maupun personal untuk masyarakat Kota Palu yang dapat dilihat dari sisi flora maupun kebudayaan.

Wali Kota berharap pada pelaksanaan Hari Ulang Tahun Kota Palu tanggal 27 September 2022 mendatang, jajarannya sudah menggunakan kain tenun Tava Kelo ini.

“Menurut saya ini adalah waktu yang tepat. Kita juga menetapkan Hari Tenun Kota Palu yang jatuh pada tanggal 10 Juli setiap tahunnya,” katanya.

Dengan demikian, lanjutnya, Kota Palu telah memiliki kain tenun sendiri yang bermotifkan daun Kelor atau Tava Kelo.

“Sehingga pada tanggal 10 Juli setiap tahunnya, seluruh jajaran Pemerintah Kota Palu maupun instansi horizontal dan vertikal, serta BUMN dan BUMD diharapkan menggunakan batik bermotifkan tenun Kota Palu tersebut,” tutupnya.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Ketua TP-PKK Kota Palu, Diah Puspita yang juga selaku Ketua Dekranasda Kota Palu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Palu, Tim Ahli Desain Kain Tenun Kota Palu, dan lainnya.

Reporter : Hamid / Editor : Rifay