PALU – Seorang Anak Berhadapan Hukum (ABH) yang masih berstatus tahanan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Palu berhasil ditangkap dan dikembalikan lagi ke dalam blok hunian LPKA Palu, Rabu (15/02).

Anak binaan tersebut ditangkap setelah kabar selama tiga hari dari tahanan.

Penangkapan tersebut dilaksanakan Tim Pencari LPKA Palu yang dipimpin Kepala LPKA, Revanda Bangun dan Koordinator Lapangan, Antonius Andri yang bekerja sama dengan Polsek Palu Barat serta masyarakat sekitar Perumahan BTN Citra Banua Nagaya, Kelurahan Kabonena, Kecamatan Ulujadi, tempat sang anak ditemukan.

“Kronologisnya tadi anggota kami yang bertugas sejak tadi malam di sini menaruh curiga pada salah seorang anak yang dicari tersebut. Lantas anggota kami mencoba berpura-pura menanyakan alamat rumah dan belum selesai bertanya, anak tersebut mengelak tidak tahu dan mencoba untuk menjauhi petugas kami. Melihat gelagat itu, petugas kami mencoba mendekati dan anak itu pun lari. Petugas kami mengejar dan berhasil menangkapnya,” jelas Andri di lokasi kejadian.

Sebelum tertangkap, sekitar pukul 04.00 Wita, anak (MW) umur 17 tahun tersebut terlibat aksi pencurian di rumah salah seorang warga dengan dibantu tiga temannya.

“Jadi, salah satu faktor susahnya ditemukan keberadaan anak ini adalah ada teman dan orangtua dari teman-temanya yang membantu bersembunyi. Kami pun beberapa kali menginterogasi mereka dan hasilnya membuat kami menambah personel untuk memantau setiap rumah dari temannya. Untuk itu, kami akan mengupayakan tindakan hukum bagi mereka yang tidak koperatif. Ini masuk unsur pidana yah karena menyembunyikan pelaku tindak kejahatan,” tuturnya.

Senada dengan itu, Revanda juga menjelaskan bahwa sejak kabur dari tanggal 13 Februari dini hari, dirinya bergerak cepat membentuk tim pencari yang berasal dari jajaran Satuan Kerja Divisi Pemasyarakatan se-Kota Palu dan bersinergi bersama dengan TNI/Polri serta berbagai tokoh masyarakat Kota Palu.

Pihaknya pun segera melakukan pemeriksaan terkait proses pelarian tersebut. Kata dia, selain struktur bangunan yang jauh dari kesan penjara, membuat anak yang baru berstatus sebagai tahanan melihat peluang dan menjadi nekat untuk melakukan pelarian. Faktor kerinduan terhadap keluarga juga menjadi dugaannya.

“Bangunan kami ini jauh sekali bedanya dari Lapas dewasa, tembok dan kamar huniannya seperti rumah pada umumnya, jadi mudah bagi anak untuk melompat keluar. Tapi, yang jelas faktor-faktor penyebab pelarian akan kami telisik lebih dalam, ya tujuannya adalah untuk mengoptimalkan proses pembinaan kami,” tutupnya. */RIFAY