PALU- Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia (RI) menyebutkan ada 312 ribu anak remaja kita yang masih hijau, bahkan dari umur 10 tahun sudah ada yang menggunakan narkoba.
“Anak-anak remaja ini adalah aset bangsa kita.Negara ini akan diwariskan kepada mereka dan 312 ribu orang ini adalah bagian dari generasi menerima tongkat estafet tersebut. Kita tidak boleh membiarkan mereka terjerumus jauh ke dalam jeratan penyalahgunaan narkoba,” kata Kepala BNN RI Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Marthinus Hukom saat konferensi Pers Pengungkapan Kasus Tindak Pidana Narkotika Jaringan Internasional di Kantor PSO, Pantoloan, Jalan Tanahnolo, Kelurahan Tawaeli, Kota Palu, Kamis (21/11).
Marthinus menuturkan, operasi sepanjang jalur penyelundupan narkoba mulai dari Kalimantan Timur, Kalimantan Utara sampai ke perairan Sulawesi Tengah,
merupakan satu operasi sistematis.
“Hasilnya tiga tersangka kita tangkap dengan inisial H, N, dan M, sementara dua lainnya, yakni D dan S, masih dalam daftar pencarian orang (DPO) dengan bukti sabu 20 paket seberat 19.846,43 gram,”kata mantan kepala datasemen 88 Antiteror (Kadensus 88 AT) .
Marthinus mengatakan, tapi dirinya tidak melihat jumlahnya berapa, terpenting bagaimana merontokkan jaringan tersebut. Karena BNN sedang berhadapan dengan suatu kekuatan, baik itu kekuatan finansial, kekuatan jejaring, yang harus diurai dan rontokan secara bersama-sama sampai ke akar-akarnya.
Marthinus melihat ada satu urgensi, masyarakat Sulteng harus tahu dan memahami betul problem narkotika di Indonesia khususnya di Sulteng. Bagaimana kondisi-kondisi yang berhubungan dengan isu-isu narkotika, kata Marthinus di Indonesia sendiri jumlah pengguna narkotika itu ada 3,33 juta, artinya 1,7 persen bangsa atau warga negara kita menggunakan narkotika.
“Bagi saya sebagai pimpinan BNN, 1,7 persen bukan angka kecil, angka yang cukup signifikan. Pasar bagi penjahat-penjahat yang mencoba menindas, menipu, memprovokasi masyarakat, seakan-akan narkoba memberikan solusi kepada masyarakat,” ujarnya.
Olehnya kata Marthinus perlu komitmen bersama masyarakat, dukungan publik, dukungan seluruh elemen, untuk sama-sama menekan sehabis-habisnya sampai ke titik paling rendah.
“Tahun 2021 jumlahnya 1,9 persen.
Dua tahun kemudian, 2023 kita bisa turunkan. Mudah-mudahan tahun depan kita dengan operasi sepanjang hari, 1×24 jam, 7 hari dalam 1 minggu, terus-menerus kita lakukan operasi ini (4:50) yakinilah bahwa kita akan menekan mereka sampai ke titik paling rendah,” katanya.
Selanjutnya kata Marthinus, jika diperkirakan belanja narkoba dari 3,33 juta orang tersebut di negara ini, maka telah banyak belanja sia-sia.
“Ada kurang lebih 524 triliun. Atau 6 banding 30. Ini sangat luar biasa. Di tengah-tengah kita bangsa ini sedang berjuang mengeluarkan warga kita dari jeratan kemiskinan, tapi ada bajingan-bajingan ini, mencoba untuk meracuni bangsa ini. Mencoba untuk menindas mereka menawarkan narkoba yang menurut mereka menambah stamina, menstimulus tenaga untuk bekerja, meningkatkan produktivitas. Tapi tidak mereka beri tahu bagaimana dampak negatifnya,” kata Marthinus geram.
Marthinus melihat narkoba hari ini tidak hanya menyasar para dehebs, para pemilik uang, para pemodal. Jika sepuluh tahun lalu yang menggunakan ini anak-anak pejabat, anak-anak pengusaha, yang punya uang untuk membeli, sebab barang ini barang mahal. Tapi hari ini barang itu telah menyasar sampai kepada low level, petani, pekerja perkebunan, pekerja tambang, pekerja industri yang gajinya cuma bisa membiayai keluarganya, bahkan tidak cukup untuk membiayai sekolah dan beli susu anaknya.
“Mereka lebih memilih untuk membeli barang-barang haram ini daripada membeli susu buat anaknya. Daripada membayar uang sekolah anaknya. Ini hal sangat miris sekali,” katanya.
Lebih lanjut kata Marthinus, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah 9,8 persen, sektor industri bertumbuh 5,82 persen. Peningkatan penyerapan tenaga kerja per 2024 73 ribu orang. Namun di sisi lain, ada satu fenomena yang harus disadari bahwa di setiap pertumbuhan ekonomi yang tinggi, narkoba selalu hadir menawarkan.
“Pertumbuhan ekonomi yang luar biasa ini jangan diikuti dengan atau jangan membiarkan para bandar-bandar ini, para penjahat-penjahat ini meracuni orang-orang kita, merusak masa depannya, merusak mentalnya, merusak fisiknya,” katanya.
Marthinus mengatakan, Indonesia menghadapi ancaman serius dari peredaran narkoba, terutama melalui perbatasan dengan Malaysia, yang menjadi jalur masuk narkoba dari Myanmar. Pemerintah, bersama stakeholder seperti TNI, Polri, kejaksaan, dan masyarakat, diimbau untuk bekerja sama mencegah peredaran narkoba, menyadarkan masyarakat, dan melaporkan aktivitas mencurigakan.
Saat ini, kata Marthinus operasi besar-besaran dilakukan di seluruh Indonesia, termasuk Surabaya, wilayah timur, dan barat. Sesuai arahan presiden, intelijen diperkuat untuk menghancurkan jaringan narkoba, memiskinkan para bandar, dan menutup jalur masuk narkoba. Fokus juga diarahkan pada kampung-kampung yang terpengaruh jaringan narkoba.
“Kami akan mengejar mereka,sampai kapanpun mereka lari kemanapun kita kejar,” tegasnya.
Reporter : IKRAM/Editor: NANANG