Jujur Sumbernya dari Hati, Bukanlah dari “Warung Kopi”

oleh -
Ilustrasi (Youtube/Dunia Halal)

Jujur adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak seindah mengaplikasikan dalam keseharian. Tidak pula berlebihan, bila ada yang mengatakan “jujur” semakin langka dan terkubur, bahkan tidak lagi menarik bagi kebanyakan orang.

Semua orang paham akan maknanya, tetapi begitu mudah mengabaikannya. Yang lebih berbahaya lagi adalah ada orang yang ingin dan selalu bersikap jujur, tapi mereka belum sepenuhnya tahu apa saja sikap yang termasuk kategori jujur.

Jujur tidaklah dimulai dari “warung kopi”, sebagaimana asumsi sementara orang, jujur sebuah nilai abstrak, sumbernya hati, bukan pada omongannya.

Jadi “jujur” sebuah nilai kesadaran “imani”, dimulai dari suara hati, bukan di warung munculnya kejujuran. Kualitas imanlah yang dapat mengantarkan seseorang menjadi jujur.

Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang. Hadits Rasulullah soal kejujuran datang dari  Abdullah bin Mas’ud ra: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku jujur hingga ia disebut shiddiq (orang yang senantiasa jujur). Sedang dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) darn perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku dusta hingga ia disebut pendusta besar.” (HR Bukhari Muslim

BACA JUGA :  Apel Hari Santri di Alkhairaat Layak Dicatat di Buku MURI

Berkaitan dengan makna hadits di atas, ulama mengatakan bahwa sikap jujur dapat mengantarkan kepada amal shaleh yang murni dan selamat dari celaan. Sedang kata “al-birr” (kebaikan) adalah istilah yang mencakup seluruh kebaikan. Pendapat lain mengatakan bahwa “al-birr” berarti surga, sedangkan dusta dapat mengantarkan kepada perilaku menyimpang (kedzaliman).

Sikap jujur termasuk keharusan di antara sekian keharusan yang harus diterapkan olhe masyarakat. Dia menjadi fundamen penting dalam membangun komunitas masyarakat. Tanpa sikap jujur, seluruh ikatan masyarakat akan terlepas.

Karena tidak mungkin membentuk suatu komunitas masyarakat sedang mereka tidak berhubungan sesamanya dengan jujur.

BACA JUGA :  Orang-Orang yang Disukai Malaikat

Sikap jujur sebetulnya merupakan naluri setiap manusia. Cukup sebagai bukti bahwa anak kecil jika diceritakan tentang sosok seorang yang jujur di satu sisi dan di sisi lain diceritakan sosok seorang pendusta, engkau lihat, dia akan menyukai orang jujur dan membenci pendusta.

Al Marudzi bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal, “Dengan apakah seorang tokoh meraih reputasi hingga terus dikenang?”. Imam Ahmad menjawab singkat : “Dengan perilaku jujur”. Beliau melanjutkan “Sesungguhnya perilaku jujur terkait dengan sikap murah tangan (dermawan).”

Imam Fudhail bin Iyadh berkata: “Seseorang tidak berhias dengan sesuatu yang lebih utama daripada kejujuran.

Sahabat Bilal melamar wanita Quraisy (suku terhormat, penyalin) untuk dinikahkan dengan saudaranya. Dia berkata kepada keluarga wanita Quraisy: “Kalian telah mengetahui keberadaan kami. Dahulu kami adalah para hamba sahaya lalu dimerdekakan Allah SWT. Kami dahulu adalah orang-orang tersesat lalu diberikan hidayah oleh Allah SWT. Kami dulunya fakir lalu dijadikan kaya oleh-Nya. Kini akan melamar wanita fulanah ini untuk dijodohkan dengan saudaraku. Jika kalian menerimanya, maka segala puji bagi Allah SWT. Dan bila kalian menolak, maka Allah Dzat Yang Maha Besar.

BACA JUGA :  PT IMIP Pekerjakan 17 Ribu Karyawan Perempuan, Ramah dan Tanpa Diskriminasi

Anggota keluarga wanita itu tampak memandang satu dengan yang lainnya. Mereka lalu berkata: “Bilal termasuk orang yang kita kenal kepeloporan, kepahlawanan, dan kedudukannya di sisi Rasulullah SAW. Maka nikahkanlah saudara dengan puteri kita”. Mereka lalu menikahkan saudara Bilal dengan wanita Quraisy tersebut. Usai itu saudara Bilal berkata kepada Bilal: “Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni. Apa engkau menuturkan kepeloporan dan kepahlawanan kami bersama dengan Rasulullah, sedang engkau tidak menuturkan hal-hal selain itu ?

Bilal menjawab: “Diamlah saudaraku, kamu jujur, dan kejujuran itulah yang menjadikan kamu menikah dengannnya”. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)