“JALANGKOTE… Jalangkotenya Bu, Pak. Ayo dibeli,” teriakan dari seorang bocah, di teras ATM BNI Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Palu Timur
Namanya, Ibnu, sambil duduk bersila bocah 12 tahun ini terlihat sibuk menawari Jalangkote dagangannya ke setiap orang yang melintas di depannya. Di sampingnya, sebuah botol air mineral berisikan Saos Jalangkote, dan kotak kue yang besar berisikan puluhan biji Jalangkote yang belum terbeli.
Jalangkote itu bukan buatan ibunya. melainkan buatan tantenya. Siswa sekolah di DDI Kalikoa, Kelurahan Ujuna Palu Barat, mengaku terpaksa menjual Jalangkote karena ingin membeli sepasang baju lebaran.
“Jalangkote ini harganya 2000 ribu perbiji, kalau laku semua untungku bisa 60 ribu. Sepulang menjual Jalangkote uang hasil keuntungan ini saya tabung supaya bisa membeli baju lebaran dan sendal, baru,” ujar Ibnu tersenyum malu kepada Media Alkhairaat online, Senin (26/4).
Menurutnya, dia bukanlah dari keluarga yang mampu, jadi jika ingin memiliki baju baru harus membanting tulang, mencari uang sendiri. Tentu agar harapannya membeli baju lebaran dan sandal baru bisa terpenuhi.
“Saya setiap bulan puasa menjual Jalangkote. Mumpung juga libur sekolah, saya manfaatkan untuk berjualan,” ujar Ibnu.
Meskipun begitu, wajahnya penuh semangat menjual Jalangkote. Tak sedikitpun terlihat ada rasa malu, setiap kali dirinya menawari Jalangkote kepada setiap orang.
Di tanya apakah tidak ingin sebagaimana teman-teman sebayanya, punya banyak waktu rebahan di rumah sambil memencet HP, bermain bola, berlari kejar-kejaran, dia mengaku kesempatan itu sulit dia dapati karena berasal dari keluarga tidak mampu.
“Untuk beli beras saja susah, bagaimana mau beli barang mewah seperti HP,” aku Ibnu, tersenyum .
Reporter: IRMA
Editor: NANANG