MOROWALI – Hingga Juni 2025, progress konstruksi PT Vale Indonesia Tbk, Indonesia Growth Project (IGP) Morowali telah mencapai 83,69%.
Perseroan yang merupakan bagian dari Mining Industry Indonesia (MIND.ID) ini menargetkan akan beroperasi secara penuh pada September 2025 mendatang.
Guna memperlancar proses konstruksi dan bisa mencapai hasil yang maksimal, PT Vale IGP Morowali terus memantau dan mengelola tantangan logistik, termasuk cuaca, serta koordinasi dengan mitra kerja secara strategis dan ketat.
“Fokus utama saat ini adalah memastikan seluruh fasilitas terbangun dengan aman, semua peralatan terpasang dengan tepat waktu, sistem teruji, dan SDM terlatih dengan baik. Kami optimis target operasional September 2025 dapat tercapai berkat sinergi seluruh tim dan mitra strategis kami,” kata Head of Bahodopi Project PT Vale, Wafir, belum lama ini.
Kata Wafir, sebagai bentuk keseriusan dan komitmen jangka panjang dalam mendukung hilirisasi industri nikel dan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, pihaknya juga telah memulai transisi dari fase konstruksi menuju produksi sejak Bulan Mei lalu.
“Upaya ini dilakukan guna mendukung pengiriman biji nikel pertama. Pelabuhan, akses, dan seluruh fasilitas pendukung terus bersinergi untuk mencapai target penyelesaian yang direncanakan,” jelas Wafir
Saat ini, kata Wafir, pembangunan jetty untuk fasilitas pengangkutan biji nikel telah siap untuk digunakan. Pembangunan berlanjut dengan proyek perluasan dan penambahan jetty untuk memenuhi target produksi di tahun-tahun berikutnya. Selain itu, akses jalan juga sudah fungsional.
“PT Vale akan bertanggungjawab penuh untuk pemeliharaan jangka panjang sesuai dengan standar keselamatan dan keberlanjutan,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, jetty yang dibangun tidak hanya sekadar infrastruktur, namun menjadi simbol pentingnya sinergi antara sektor pertahanan dan industri strategis nasional dalam menciptakan rantai pasok yang aman, hijau, dan efisien.
Sebab, kata dia, jetty juga berfungsi sebagai sarana logistik dan pengamanan laut.
“Dengan dukungan TNI AL, kami memastikan keamanan laut, efisiensi logistik, dan keberlanjutan lingkungan dapat berjalan beriringan dengan aman dan tertib,” katanya.
Jetty ini dirancang untuk mengelola hingga 10 juta ton limonite ore dan 5–6 juta ton saprolite ore per tahun, menjadikannya penghubung utama logistik menuju fasilitas pemurnian nikel di Sambalagi.
Akhir Mei lalu, pembangunan jetty telah ditinjau oleh Komandan Lantamal VI TNI AL Makassar, Brigjen TNI (Mar) Wahyudi bersama jajaran.
“Kami tidak hanya membangun infrastruktur, kami membangun masa depan Indonesia dalam ekonomi hijau global,” ujar Muhammad Asril, Chief of Project Officer PT Vale.
Kata dia, PT Vale IGP Morowali membawa visi pemerintah untuk membangun hilirisasi berbasis ESG (Environment, Social, Governance) yang tidak hanya menciptakan nilai tambah dalam negeri, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam transisi energi dunia.
Brigjen Wahyudi menyampaikan apresiasi atas progres pembangunan yang dilakukan PT Vale, khususnya terhadap pengelolaan lingkungan yang proaktif dan rencana kerja yang matang.
“Saya melihat komitmen yang kuat, mulai dari kolam sedimentasi, pengelolaan limbah, hingga fasilitas pembibitan. Ini adalah standar keberlanjutan yang layak menjadi model nasional,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Perwakilan Syahbandar yang hadir, Harjono, menilai, PT Vale merupakan salah satu perusahaan yang sangat taat dalam tata kelola perizinan pelabuhan.