Tak ada yang sia-sia dari perjuangan dakwah Al-Alimul Allamah, HS. Idrus Bin Salim Aljufri (Guru Tua). Setapak demi setapak langkah kaki yang diinjakkannya di suatu negeri, pastilah meninggalkan jejak-jejak kebaikan dan kemaslahatan.

Misi dakwahnya yang lebih mengarah pada pendidikan dan sosial, selalu mengakar. Takkan tercabut akar-akar itu meskipun pohon-pohonnya sudah rapuh dan tumbang.

Tak akan cukup waktu jika menutur satu demi satu warisan yang telah ditinggalkan Sang Guru kelahiran Hadramaut, Negeri Yaman itu. Pondok pesantrennya tersebar dimana-mana. Banyak pengabdi yang siap menggaransikan hidupnya dalam mengembangkan warisan penuh kebaikan itu. Tak pula sia-sia sikap ikhlas yang ditanamkan Guru Tua kepada para abnaul sehingga tulus mewakafkan lebih dari separuh jatah usianya untuk Alkhairaat.

Adalah Halmahera Selatan (Halsel). Kabupaten yang ada di wilayah administrasi Provinsi Maluku Utara (Malut) ini merupakan salah satu pulau yang menjadi sasaran dakwah Guru Tua. Boleh dikata, daerah ber-Ibu Kota Labuha, sebuah kota di Pulau Bacan ini menjadi basis terbesar kedua setelah Sulawesi Tengah, tempat menyebarnya para abnaaul yang menjadi cikal bakal berkembang pesatnya Alkhairaat dari berbagai sektor, utamanya pendidikan.

Menambah koleksi jumlah perguruan tinggi Alkhairaat setelah Unisa Palu, disana juga sudah berdiri sebuah kampus yang diberi nama Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Alkhairaat.

Sebuah kesyukuran ketika pada Jumat (07/07) petang atau sehari sebelum puncak Haul Guru Tua, awak media ini, Rifay bersama fotografer MAL, Apriawan, diberi kesempatan menemui sang inisiator berdirinya kampus STAU Alkhairaat, Dr Muhammad Kasuba, di salah satu hotel tempat menginapnya.

Dengan ramahnya, mantan Bupati Halmahera Selatan dua periode ini dengan runut menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan berdirinya STAI Alkhairaat. Berikut petikan wawancara dengan pria kelahiran Bibinoi, Bacan, tanggal 24 September 1960 ini.

 

Seperti apa awal dan tujuan berdirinya kampus Alkhairaat di Halamahera Selatan?

Sebagaimana yang kita ketahui, Halmahera Selatan dan Maluku Utara secara umum memiliki basis abnaul terbanyak setelah Sulawesi tengah. Di masa itu, banyak anak-anak Maluku Utara yang dibawa Guru Tua ke Palu untuk belajar. Sehingga berdasarkan hal itu, maka pendirian perguruan tinggi adalah suatu keniscayaan. Alkhairaat di Maluku Utara sudah cukup tua dan lama yang memiliki banyak alumni ketimbang ormas Islam lainnya. Mulai dari TK, Ibtidayah, Tsanawiah, sampai Aliyah. Tapi kita kehilangan momentum untuk menyekolahkan anak-anak ini ke jenjang perguruan tinggi, ketimbang Ormas. Maka dulu di Ternate ada akademi bahasa asing namun tidak bertahan lama.

Tapi dengan adanya Kabupaten Halmahera Selatan, dan saya kebetulan menjadi bupati pertama dan sempat memimpin selama dua periode (2005-2015), maka saya nekat untuk mendirikan Universitas Alkhairaat. Jadi sebelum STAI Alkhairaat berdiri, pernah ada kampus pertama yang berstatus Cabang Unisa di sana.

 

Apa kendala yang dihadapi dalam mengembangkan cabang Unisa disana?

Kami kesulitan mendapatkan izin, apalagi dengan turunnya peraturan pemerintah yang tidak membolehkan lagi ada cabang. Harus ada yayasan sendiri dulu baru bisa mendirikan perguruan tinggi. Sehingga, kampus cabang ini terhenti selama kurang lebih dua tahun, dan terpaksa mengonversi beberapa mahasiswa untuk bisa lanjut di Unisa Palu. Pada akhirnya, tahun 2011, kami dapat izin untuk mendirikan Yayasan Alkhairaat Halmahera Selatan yang sekaligus menjadi cikal bakal dan pengelola kampus STAI Alkhairaat, sampai sekarang.

 

Bagaimana perkembangan kampus STAI Alkhairaat sekarang?

Di awal berdiri, baru ada satu Prodi (Program Studi) yaitu Tarbiyah yang pada saat itu diresmikan langsung oleh Ketua Utama, HS Saggaf Aljufri. Kegiatan kampus terus berlanjut dan pada tahun 2013 kembali mendapat tambahan 3 Prodi sehingga total prodi yang ada saat ini ada empat prodi.

Tahun 2017 ini, kampus ini sudah menamatkan 40 orang di angkatan pertama dari Prodi Tarbiyah, kemungkinan bulan Oktober akan ada wisuda lagi untuk angkatan kedua.

 

Bagaimana dengan kondisi tenaga akademik?

Hampir rata-rata, setiap perguruan tinggi swasta memiliki kendala yang serius, termasuk tenaga akademik (dosen), karena standard minimalnya harus ada enam dosen per prodi. Ini juga yang menghambat proses akreditasi kampus.

Tapi ada titik terang setelah turunnya kebijakan Gubernur Maluku Utara untuk memberi beasiswa S2 dan S3 yang sudah berjalan selama kurang lebih dua tahun. Dengan harapan, setelah menyelesaikan studi, mereka akan kembali untuk mengabdi menjadi dosen di perguruan tinggi lokal seperti di STAI.

 

Seperti apa prospek STAI Alkhairaat yang Anda lihat kedepan?

Halmahera Selatan merupakan kabupaten terbesar di Maluku Utara dengan jumlah penduduk 260 ribu, ditunjang lulusan sekolah agama dari Alkhairaat sekitar 2000 sampai 3000 orang setiap tahun. Dimana hanya sekitar 40 persen yang bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Maka sisanya inilah yang akan didorong untu lanjut di STAI. Sewaktu masih menjabat bupati, saya membuat program mahasiswa utusan desa dalam bentuk beasiswa kepada anak-anak kurang mampu agar bisa lanjut kuliah di STAI Alkhairaat dan di beberapa perguruan tinggi lain yang ada di Halmahera Selatan.

 

Seperti apa bentuk dukungan kepala daerah dan pihak Alkhairaat sendiri?

Walau saat ini saya tidak lagi menjadi bupati, namun saya sudah meninggalkan beberapa hal yang bisa dilanjutkan pemerintahan sekarang. Saya pikir tidak terlalu susah, tinggal menyesuaikan kebijakan. Selain itu, bupati sekarang juga abnaulkhairat.

Kalau dari pihak Alkhairaat Pusat, dukungannya cukup luar biasa. Sewaktu wisuda lalu, juga dihadiri Ketua Umum PB Alkhairaat dan Ibu Khuzaema. Harapan kedepan, STAI Alkhairaat ini bisa naik status menjadi institut.

 

Apa yang Anda lihat antara perjuangan Guru Tua dengan kondisi Halmahera Selatan saat ini?

 Di jamannya, Guru Tua memang memberikan perhatian khusus di Maluku Utara, sehingga efek perjuangan Guru Tua dari sisi dakwah dan pendidikan memang sangat dirasakan sekarang. Hampir semua lini di Halmahera selatan ada alumni Alkhairaat. Sehingga memang bisa dakatakan Halmahera Selatan adalah basis Alkhairaat. ***