Farid pun pun mencoba mendaftar dan setelah melalui serangkaian test, ia lulus.

“Alasan saya waktu itu karena kuliah IPB maka tentu saja orang tua saya akan mengeluarkan biaya banyak, sementara masih ada kakak saya yang kuliah. Saya pun mendaftar di Akabri dan lulus. Dan itu tanpa katabelece atau orang dalam ya,” kisahnya kemudian.

Lulus dari Akabri, ia langsung diperintahkan masuk Korps Pasukan Khusus, pasukan elit yang sudah tersohor sejak lama itu. Pada 1992-1994 ditugaskan di Timor Timur. Ia bergabung dengan satuan intelijen Kopassus Sandi Yudha. Ia sempat pula menjabat sebagai Komandan Batalyon Sandi Yudha.

Pada 1997-1998, ia menjalani pendidikan di University of Hull, Inggris. Lulus pada 1998 dengan gelar Magister of Art dalam bidang Security Studies.

Pada 2003-2004, Farid Makruf yang masih berpangkat Kapten ditugaskan bergabung dengan UNAMSIL (United Nation Mission in Sierra Leone).

Misi ini dibentuk oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak Oktober 1999 untuk membantu pelaksanaan Kesepakatan Perdamaian Lomé, sebuah perjanjian yang dimaksudkan untuk mengakhiri perang saudara Sierra Leone.

Untuk diketahui, Farid Makruf menjadi Perwira Kopassus dari 1991 hingga 2011.

Pada 2011—2013, ia diberi amanah menjadi Komandan Brigade Infanteri Raider 13/Galuh. Brigif Raider 13/Galuh adalah satuan organik Divisi Infanteri 1/Kostrad. Menurut Farid Makruf, ini adalah berkah bagi dia. Ia tak menyangka bisa memimpin Batalyon di bawah Kostrad ini.