POSO – Di tubuh Polri, tidak semua perwira memilih jalur nyaman. Sebagian justru menempuh jalan terjal, menempa diri di lintasan tugas yang menuntut ketangguhan mental, kepekaan sosial, dan kepemimpinan lapangan yang teruji. AKP Risdiyanto adalah satu di antaranya.
Kariernya bertumbuh dari ruang-ruang kerja yang menuntut presisi dan ketegasan. Saat menjabat sebagai KBO Lantas Polres Poso, Risdiyanto dikenal sebagai perwira dengan ritme kerja cepat dan pendekatan sistematis. Penanganan lalu lintas, penegakan aturan, hingga edukasi keselamatan jalan menjadi medan awal yang membentuk naluri kepemimpinannya tegas, disiplin, namun tetap terukur.
Pengalaman di bidang lalu lintas tidak hanya membiasakannya dengan prosedur dan angka, tetapi juga membentuk sensitivitas terhadap dinamika masyarakat di ruang publik. Dari sana, Risdiyanto memahami bahwa keteraturan tidak lahir dari ketegasan semata, melainkan dari konsistensi dan keteladanan di lapangan.
Mutasi kemudian membawanya ke Polsek Poso Pesisir, wilayah dengan karakter sosial yang dinamis dan kompleks. Di titik ini, tantangan yang dihadapi tidak lagi sebatas persoalan keamanan konvensional.
Ia berhadapan langsung dengan persoalan sosial, relasi masyarakat, dan kebutuhan akan pendekatan yang lebih humanis. Risdiyanto belajar bahwa ketertiban akan lebih mudah tumbuh ketika polisi hadir sebagai bagian dari masyarakat, bukan sekadar aparat penegak hukum.
Kini, tongkat amanah berada di tangannya sebagai Kapolsek Pamona Utara, salah satu Polsek yang dikategorikan sebagai Polsek Urban, dengan beban tugas setara jabatan Kompol (job Kompol). Wilayah urban memiliki denyut aktivitas yang padat, potensi gangguan kamtibmas yang lebih tinggi, serta tuntutan pelayanan publik yang cepat, presisi, dan profesional.
Bagi AKP Risdiyanto, jabatan ini bukan sekadar peningkatan struktural, melainkan ujian kepemimpinan yang sesungguhnya.
“Polsek Urban itu jantung aktivitas masyarakat. Polisi harus hadir bukan hanya saat ada masalah, tetapi sebelum masalah itu muncul,” ujar Risdiyanto.
Pendekatan preventif, responsif, dan humanis menjadi prinsip yang ia terapkan di Pamona Utara. Patroli dialogis, penguatan peran Bhabinkamtibmas, serta kolaborasi aktif dengan tokoh masyarakat dan unsur terkait menjadi fondasi kerja sehari-hari.
Menurutnya, keamanan tidak bisa dibangun oleh aparat kepolisian semata. Ia harus tumbuh dari kesadaran kolektif warga. Pengalaman lintas fungsi, dari lalu lintas hingga kewilayahan, membuat Risdiyanto memahami bahwa setiap wilayah memiliki denyut dan tantangannya sendiri.
Wilayah urban, kata dia, menuntut sosok polisi yang adaptif, berani mengambil keputusan cepat, namun tetap menjunjung tinggi etika dan profesionalisme.
“Polisi bukan hanya penegak hukum, tetapi mitra masyarakat,” pungkas AKP Risdiyanto.

