Islam sungguh sempurna. Ajarannya tidak hanya mencakup aqidah tentang bagaimana semestinya seorang mahluk berhubungan dan meyakini keberadaan Tuhannya.
Ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam ini juga mencakup berbagai sendi kehidupan, termasuk bagaimana umat ini menentukan sikap memilih pemimpinnya.
Mestinya, kita tidak perlu galau menentukan pilihan. Bagi orang beriman, A-Qur’an sudah memberikan rambu yang jelas bagaimana kriteria seseorang patut kita amanahkan sebagai pemimpin.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam memberikan panduan dalam memilih pemimpin. Tidak sembarang orang bisa dijadikan pemimpin dan tidak asal orang bisa menduduki jabatan publik tersebut.
Kriteria pertama ialah amanah. Dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 58, yang artinya “sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu”
Dalam masalah kepemimpinan, amanah adalah aspek yang tak tergantikan dan sangat penting. Seorang pemimpin yang amanah akan membangun kepercayaan, meningkatkan kredibilitas, memberikan contoh yang baik, mencegah korupsi dan mengoptimalkan kinerja tim atau organisasinya.
Kualitas kepemimpinan yang baik tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan kecerdasan, tetapi juga integritas dan amanah yang dijunjung tinggi.
Imam Thabari dalam Kitab Tafsir Jami’ al-Bayan Fi Ta’wil Alquran, mengatakan bahwa seorang pemimpin wajib hukumnya untuk menunaikan amanah. Pasalnya, membangun kepercayaan adalah dasar utama untuk membangun kepercayaan antara pemimpin dan masyarakat.
Ketika seorang pemimpin dikenal amanah, orang-orang akan merasa yakin bahwa keputusan dan tindakan yang diambilnya didasarkan pada prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan.
Dengan demikian kepercayaan yang dibangun akan memperkuat ikatan antara pemimpin dan pengikutnya, memungkinkan kolaborasi yang lebih baik dan memperlancar jalannya tugas-tugas organisasi.
Pun demikian, pemimpin kredibilitas akan mampu menjaga diri dalam menyalahgunakan kekuasaan.
Bahaya terbesar dalam kepemimpinan adalah penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Seorang pemimpin yang amanah akan menolak tawaran suap atau manipulasi yang dapat merugikan kepentingan orang banyak.
Dengan menjunjung tinggi nilai amanah, pemimpin ini akan berperan aktif dalam mencegah dan memberantas korupsi.
Kriteria kedua adalah pemimpin harus bersikap adil. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah Sad ayat 22 yang artinya, “Wahai Daud, sesungguhnya kami menjadikanmu khalifah di bumi, maka berilah keputusan perkara di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah”
Berdasarkan Kitab Tafsir As-Syam’ani karya dari Abu Al Muthaffar as-Syam’ani jilid 4, bahwa maksud dari faḥkum bainan nāsi bil-ḥaqqi ialah menerapkan hukum yang adil dalam mengadili sesuatu.
Sebagai pemimpin, kewajiban pertama adalah memastikan keadilan sosial bagi semua warga. Ini berarti memastikan setiap individu diperlakukan dengan sama, tanpa diskriminasi berdasarkan ras, agama, gender atau latar belakang sosial.
Pemimpin harus mengupayakan kesetaraan kesempatan dalam akses terhadap pendidikan, perawatan kesehatan dan peluang ekonomi.
Dengan berlaku adil, pemimpin menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghargai keragaman, memastikan setiap suara didengar dan juga diakui.
Keadilan tidak dapat terwujud tanpa penegakan hukum yang adil. Sebagai pemimpin penting untuk mendukung penegakan sistem hukum yang independen dan transparan. Pemimpin yang berlaku adil tidak boleh berusaha untuk menghindari hukuman atas kesalahan mereka sendiri atau kelompok tertentu.
Maka saudaraku, jangan sampai memilih pemimpin, karena kepentingan dunia. Sudah tahu pemimpin itu tidak layak dipilih, kita malah memilihnya demi untuk kepentingan kita dan kelompok sendiri.
Memilih harus betul-betul niat karena Allah, di antaranya kita harus tahu orang itu. Selemah-lemahnya pengetahuan kita tentang sosok itu, paling tidak kita tidak tahu kejahatannya, setelah itu kita serahkan kepada Allah. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam
RIFAY (REDAKTUR MEDIA ALKHAIRAAT)