Jangan Berperilaku Boros

oleh -
Ilustrasi. (Youtube Destinasi Qalbu)

Islam adalah agama yang seimbang. Islam membawa manusia untuk berlaku adil dan tak melampaui batas. Karena segala sesuatu yang melampaui batas itu buruk. Bahkan umat islam juga disebut ummatan wasatho yang bermakna umat yang berada di tengah.

Islam menolak segala bentuk Ifrot dan Tafrit, tidak berlebihan dan tak juga kurang. Agama ini juga menolak segala bentuk Rohbaniyah seperti yang dilakukan oleh rahib-rahib dengan tidak menikah atau perilaku sufi ekstrem yang menolak hal-hal duniawi secara mutlak.

Begitu juga tentang masalah sedekah. Islam telah mengatur tata cara bersedekah untuk tidak kikir dan tidak berlebihan dalam memberi. Imam Ali bin Abi tholib pernah berkata, “Tidak akan ada kemiskinan kecuali ada orang kaya yang sedang merampas hak”

Artinya, jika orang kaya mengeluarkan harta sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan maka tidak akan ada orang yang kelaparan. Namun Allah juga tidak menyukai orang yang “berlebihan” dalam memberi atau biasa disebut boros.

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.” (QS. Al Isro’ (17): 26-27).

BACA JUGA :  Pemda Sigi Berangkatkan 16 Calon Mahasiswa Kuliah ke Al-Ahgaff Yaman

Dalam ayat yang lain juga disebutkan, prilaku hidup boros merupakan bagian dari sifat-sifat orang kafir.

”Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu‫. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. (QS. Al-Waqiah: 41-45).

Ayat di atas menegaskan, Islam sebagai agama melarang keras kepada umatnya untuk menjalankan hidup secara berlebihan dan bermewah-mewahan. Bukan tanpa sebab larangan itu dikeluarkan agar umat Islam benar-benar menjauhi hidup secara berlebihan dan boros. Pola hidup boros dan bermewah-mewah akan menjerumuskan umat Islam kepada kemalasan, hidup santai. Pola hidup itu akan merusak aqidah dan mengikis rasa kepedulian sesama umat.

Di antara cermin kehidupan di jaman modern, hidup boros dan bermewah sekarang ini adalah tenggelam dalam memenuhi kebutuhan sekunder secara berlebihan.

BACA JUGA :  Keutamaan Anak Perempuan, Penghalang dari Api Neraka

Contohnya sebagian keluarga mengubah perabot rumah tangga pada setiap tahunnya sekalipun perabot yang lama masih layak padahal mereka mempersiapkan biaya yang sangat besar untuk urusan tersebut.

Contoh lain adalah berupaya membeli makanan dan minuman setiap harinya dari rumah makan-rumah makan yang mahal padahal dia tidak membutuhkan hal tersebut walaupun harus berutang.

Marilah kita hidup bersahaja, hidup sederhana. Rasulullah saw merupakan contoh yang wajib diikuti yang telah menjalankan hidup bersahaja dan dalam kesederhanaan.

Di antara contoh hidup sederhana yang ditekankan Rasulullah adalah dalam kesederhanaan dalam masalah makanan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim menyebutkan, pada suatu saat Rasulullah berkata kepada Aisyah ra kepada keponakannya ‘Urwah.

BACA JUGA :  Menghayati Keagungan Ilahi

“Telah berlalu atas kami bulan baru, bulan baru, bulan baru (3 bulan) sementara tidak pernah menyala api di dapur rumah Nabi dan keluarganya, maka ditanyakan oleh ‘Urwah: Wahai bibinda maka dengan apa kalian makan? Dijawab : Dengan air dan kurma.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain juga disebutkan Umar ra: “Saya masuk ke dalam rumah Nabi saw, sedang ia bertelekan pada sebuah tikar kasar sehingga berbekas pada tubuhnya, maka aku melihat pada perabotannya hanya kulihat segenggam tepung sebanyak 1 sha’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dua hadis itu menyiratkan, Islam khawatir ummatnya dihinggapi penyakit mabuk daratan melihat harta yang bergelimangan sehingga lupa serta lengah terhadap kewajiban menegakkan kalimat Allah swt. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)