MOROWALI – Menjaga keharmonisan dan kenyamanan suasana kerja di tengah beragam latar belakang puluhan ribu karyawan, menjadi salah satu pertimbangan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) untuk melibatkan berbagai pihak di Kabupaten Morowali.

Langkah ini dianggap penting dilakukan, mengingat dari puluhan ribu karyawan yang bekerja dalam kawasan industri nikel terbesar di Indonesia itu, terdapat banyak agama, suku, ras, bahkan kewarganegaraan yang berbeda-beda. Jika tidak dikelola dengan baik, maka bisa memicu terjadinya konflik yang bisa berbias ke isu-isu sensitif.

“Kami bekerja sama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kabupaten Morowali untuk mengatur aktivitas keagamaan di dalam kawasan,” ujar Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) PT IMIP, Djoko Suprapto, kepada Media Alkhairaat, baru-baru ini.

Bahkan, kata dia, demi memudahkan koordinasi dengan berbagai pihak di Kabupaten Morowali, pihaknya mengangkat Ketua MUI, H. Mauluddin M.Fil.I sebagai salah satu penasehat di DKM PT. IMIP.

“Jadi DKM juga terlibat dalam menjaga kerukunan umat beragama dengan melakukan koordinasi dan berkonsultasi secara rutin, baik dengan FKUB dan MUI maupun dengan pemerintah daerah. Kami bersyukur telah sering berkoordinasi dan berkonsultasi terkait program-program kegiatan keagamaan di kawasan ini,” jelas Djoko.

Untuk peringatan hari besar Islam, program yang dilakukan oleh DKM adalah bekerja sama dengan masjid-masjid yang dipilih secara bergantian di 12 desa yang ada di Kecamatan Bahodopi.

“Selama bulan Ramadhan, DKM bekerja sama dengan PB Alkhairat untuk menyelenggarakan safari ramadhan dakwah di masjid-masjid yang ada di Kecamatan Bahodopi,” tambah Djoko.

Selain itu, lanjut dia, salah satu upaya pembinaan akhlak karyawan yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan adalah dengan memfasilitasi berdirinya rumah ibadah dalam kawasan.

“Bersama MUI Kabupaten Morowali, kami menggiatkan berbagai kegiatan keagamaan, mulai dari shalat berjamaah, peringatan hari-hari besar, hingga kajian-kajian rutin,” katanya.

Hal ini diakui Ketua MUI Kabupaten Morowali, H Mauluddin, bahwa pihaknya memang selalu dilibatkan oleh PT IMIP dalam setiap urusan keagamaan, khususnya agama Islam.

Ia mengatakan, untuk mengantisipasi masuknya paham-paham ekstremisme dalam kawasan, pihaknya juga bekerja sama dengan PT IMIP, agar imam-imam masjid yang diterima harus melalui rekomendasi dari MUI.

“Kemudian setiap bulan itu ada jadwal MUI untuk melaksanakan khutbah Jumat di masjid dalam kawasan IMIP,” ujarnya.

Pada kegiatan hari-hari besar keagamaan, lanjut Mauluddin, PT IMIP selalu meminta MUI, baik sebagai penceramah ataupun memimpin doa. Tak hanya itu, yang membawakan khutbah di hari-hari besar keagamaan itu, yang diminta adalah utusan dari MUI.

Selain itu, MUI sendiri juga sudah memasukkan para penyuluh agama agama dalam kawasan.

“Mereka ini termasuk sudah menjadi karyawan dan yang biasanya mengurus masjid-masjid dalam kawasan,” jelasnya.

Untuk memaksimalkan kegiatan-kegiatan pembinaan dan dapat menjangkau semua karyawan, kata dia, pihaknya bersama PT IMIP melakukan pengajian-pengajian rutin yang dilaksanakan setiap bulan

“Jadi pembinaan secara continue itu sudah mereka yang lakukan di sana. Kami tinggal mengawasi. Tapi kalau ada hal-hal yang besar maka kami langsung dari MUI yang turun,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, yang menjadi kiblat pembinaan oleh MUI bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) adalah wilayah Bahodopi.

Pihaknya bersama FKUB sering turun langsung, baik dalam urusan pembangunan rumah ibadah dan dalam rangka mengantisipasi masuknya barang-barang yang tidak halal dalam kawasan, semisal minuman keras yang dinilai dapat memicu keributan. (RIFAY)