PALU – Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) di Sulawesi Tengah, di bawah kepemimpinan Sahran Raden, mengambil peran aktif dalam upaya bersama untuk menangkal lonjakan intoleransi dan radikalisme. Kolaborasi erat dengan otoritas setempat menjadi langkah strategis untuk membentuk masyarakat yang lebih moderat dalam pemikiran dan perilaku.
Inisiatif yang mencolok dari ISNU adalah pelaksanaan “Madrasah Kader,” di mana 32 lulusan berbagai perguruan tinggi di Indonesia dilibatkan. Mereka tidak hanya mendapatkan bekal militerisme semata, tetapi juga diarahkan untuk memiliki komitmen moral dan keterampilan praktis dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.
“Kami menuntut profesionalisme dan progresivitas dari para anggota kami, mendorong mereka untuk terlibat dalam dinamika intelektual dan beradaptasi dengan perubahan sosial, baik itu dalam bidang ekonomi maupun politik,” tegas Sahran Raden, pemimpin ISNU dan seorang akademisi di UIN Datokarama, Senin (25/12).
Madrasah Kader memberikan pelatihan komprehensif mengenai pemberdayaan sumber daya manusia dan ekonomi NU, sikap dan respons NU terhadap ideologi, penguatan strategi dakwah digital, serta arah, aspirasi, dan strategi perjuangan ISNU.
Sesi pelatihan ini diawasi langsung oleh instruktur nasional dari Pengurus Pusat ISNU, menunjukkan dedikasi organisasi untuk membentuk kader yang mampu menghadapi tantangan kompleks dalam masyarakat kontemporer.
Dia menyoroti urgensi pengembangan masyarakat yang moderat. Ia menekankan bahwa ISNU, sebagai bagian dari Nahdlatul Ulama, memiliki kewajiban untuk mendukung pemerintah dalam melawan radikalisme dan terorisme.
Pengaruh luas teknologi informasi dan komunikasi di masyarakat menjadi fokus perhatian Sahran. Ketergantungan pada teknologi membawa tantangan bersama dalam menangkal penyebaran ideologi garis keras. Sebagai respons, ISNU aktif berkolaborasi untuk menangkal ideologi garis keras dari berbagai arah, dengan memperkuat pemahaman masyarakat tentang moderasi beragama dan nasionalisme.
Reporter: Irma/***
Editor: Nanang

