PALU- Hunian Tetap (Huntap) Mandiri Mamboro, Palu jadi saksi pertemuan penuh makna. Kegiatan bertajuk Ngaji Ekologi digelar dengan fokus mengkaji ajaran Islam tentang perlindungan lingkungan.
Ngaji ekologi tetsebut dihadiri oleh warga Huntap Mandiri Kelurahan Mamboro Induk, Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, Muhammadiyah Palu, mahasiswa, jurnalis, serta pegiat lingkungan.
Sekretaris Muhammadiyah Kota Palu, Abdul Hanif menegaskan bahwa Islam sebagai agama sempurna mengatur setiap aspek kehidupan, termasuk lingkungan. Ia mengutip beberapa ayat Alquran, di antaranya Surah Al-Maidah ayat 3 menyatakan bahwa Islam telah sempurna dan mencakup semua hal, bahkan hingga etika makan dan masuk toilet.
“Sebagai agama sempurna, Islam tentu mengajarkan soal lingkungan. Dalam Surah Ar-Rum ayat 41 juga disebutkan bahwa kerusakan di darat dan laut terjadi karena ulah manusia. Ini seharusnya menjadi pelajaran agar kita sadar dan kembali ke jalan benar,” ujarnya.
Hanif juga mengaitkan bencana terjadi di Palu pada 2018 untuk memaknai kedua ayat tersebut.
“Jika kita menanam mangrove atau memilih bermukim jauh dari pantai, mungkin kerugiannya tidak sebesar itu. Fakta juga membuktikan bahwa ekosistem mangrove bisa melindungi wilayah pesisir dari dampak tsunami,” tambahnya.
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, Ibnu Mundzir, dalam pemaparannya mengajak peserta ngaji melihat konsep puasa dari perspektif ekologis.
“Puasa tidak hanya soal menahan makan dan minum, tapi juga melatih diri untuk tidak serakah dan bijak dalam mengelola sumber daya. Rasulullah mengajarkan kita untuk menghormati makanan, bahkan ada doa ketika memetik dan memakan buah. Ini menunjukkan betapa Islam sangat peduli pada lingkungan,” jelasnya.
Ia juga menyoroti persoalan sampah makanan di Kota Palu yang mendominasi timbulan sampah TPA. Mubazir makanan itu persoalan serius.
Muslim mestinya memahami bahwa makanan bersumber dari tanaman dan dikonsumsi bisa menjadi sedekah, seharusnya ini menumbuhkan kesadaran untuk tidak menyia-nyiakan makanan.
Rasulullah sendiri dalam sebuah riwayat kata Ibnu pernah berpesan kepada tentara muslim hendak berperang untuk tidak menebang pohon sembarangan, mencemari air, dan menyia-nyiakan makanan.
‘Ini bisa menjadi pijakan kita dalam membangun kota lebih berkelanjutan,” ujarnya.
Dalam diskusi tersebut,Ibnu menggagas konsep Hijrah City, yakni sebuah gerakan berbasis ajaran Islam untuk menciptakan lingkungan lebih baik.
Muslim sebagai umat mayoritas dinilai memiliki peran besar dalam upaya pelestarian lingkungan.
Sayangnya Basri Marzuki, jurnalis rindang.ID yang jadi salah satu pembicara dalam ngaji ekologi menilai literasi perlindungan lingkungan dalam perspektif Islam belum banyak didakwahkan.
“Ajaran Islam tentang lingkungan itu jelas ada, tetapi perspektif ini masih kurang dibahas di ruang publik. Harus ada upaya lebih besar agar kesadaran ekologis berbasis ajaran Islam ini semakin meluas,” katanya.
Jurnalis lainnya, Yardin Hasan menilai peran masjid sebagai pusat kajian dan informasi mesti didorong terutama dalam menyikapi persoalan lingkungan di Kota Palu.
“Masjid harus menjadi tempat umat mengkaji persoalan lingkungan dan mendorong umat bersikap,” katanya.
Sementara, Yuli Kusworo dari Yayasan Arkom Indonesia menegaskan bahwa Ngaji Ekologi ini jadi semacam refleksi bagi umat Muslim.
“Islam adalah rahmatan lil alamin, rahmat bagi semesta. Itu berarti kita, sebagai Muslim, harus menjadi rahmat bagi bumi dan seluruh makhluk hidup di dalamnya. Bagaimana cara kita memperlakukan lingkungan adalah cerminan dari pemahaman kita terhadap ajaran Islam,” ujarnya.
Ngaji Ekologi tersebut menjadi langkah awal untuk menghubungkan ajaran Islam dengan isu-isu lingkungan dihadapi masyarakat, khususnya di Kota Palu.
Dengan perspektif bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah, diharapkan lahir kesadaran kolektif lebih peduli terhadap alam.
Diskusi tersebut juga menegaskan bahwa spiritualitas tidak hanya soal ibadah ritual, tetapi juga mencakup ajakan untuk menjaga dan merawat bumi. Sebab kata Ibnu, Rasulullah bersabda menanam pohon manfaatnya dirasakan oleh manusia dan hewan adalah sedekah menyelamatkan di hari kiamat.
Dengan semangat tersebut para peserta berharap bahwa Ngaji Ekologi bukan sekadar diskusi, tetapi menjadi gerakan nyata dalam membangun kesadaran ekologis berbasis nilai-nilai Islam. Karena menjaga alam adalah bagian dari menjaga iman.
Reporter : **/IKRAM