BANDA ACEH – Dalam sebuah kuliah umum yang diadakan STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Selasa (28/11) kemarin, di Aceh, ulama kharismatik asal Sulawesi Tengah, KH. Zainal Abdin, mengungkapkan keprihatinannya terhadap tren wacana keagamaan yang semakin merajalela dalam berbagai media.
Dalam pengisiannya, Zainal Abdin menyoroti bahwa pesan-pesan agama saat ini seringkali tercemar oleh konten yang provokatif, bahkan sampah, yang dapat memecah-belah persahabatan.
Kiai Zainal menggarisbawahi kompleksitas dalam membedakan konten keagamaan yang positif dengan provokasi politik, terutama ketika agama dikaitkan dengan aspirasi politik tertentu. Hal ini, menurutnya, telah membuat pesan-pesan agama kehilangan nuansa damai dan sejuk, dan malah menggiring umat ke gelanggang perpecahan yang bertentangan dengan ajaran agama.
Dalam pandangannya, kewajiban untuk memelihara kerukunan umat beragama menjadi sangat penting. Dia mengingatkan bahwa sebagai anak bangsa, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga komitmen Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, dan UUD 1945 dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Semua agama mengajarkan moderasi. Tuhan menurunkan agama melalui nabi untuk menjaga harkat dan martabat manusia yang harus dilindungi sesuai konteks kemanusiaan,” kata ketua FKUB Sulteng ini.
Selanjutnya ia juga menyoroti dualitas agama sebagai ajaran dan realitas sosial. Ia mengutip Hans Kung, menyatakan bahwa agama memiliki peran ganda dalam percaturan dunia, dapat menjadi pelopor perdamaian namun juga rentan menjadi penyulut konflik. Penerimaan negatif terhadap agama secara global juga menjadi perhatian, kata dia, yang menyebutkan bahwa kekuatan umat manusia yang mayoritas beragama seringkali dimanfaatkan untuk kepentingan politis.
Dalam konteks konflik atas nama agama, guru besar UIN Datokarama Palu ini menegaskan bahwa penyebabnya tidak semata-mata berasal dari ajaran agama itu sendiri, melainkan lebih sering dipicu oleh faktor dan aktor yang memanfaatkan isu agama demi kepentingan tertentu.
Untuk mencegah penyalahgunaan agama dan merusak kerukunan umat beragama, dia menekankan perlunya kepekaan dan kecerdasan dalam beragama. Para cendekia, memiliki peran strategis dalam menanamkan kedewasaan beragama bagi masyarakat. Dengan demikian, agama dapat berfungsi sebagai elemen utama dalam mewujudkan integrasi sosial, bukan sebagai akar konflik.
Dalam kuliah umum yang dihadiri oleh ratusan peserta Zainal berharap bahwa pemahaman ini dapat menjadi pijakan bagi masyarakat Aceh dan Indonesia pada umumnya untuk lebih memperkuat kerukunan beragama dan menjaga damai di tengah perbedaan.
Kegiatan ini tentunya juga dihadiri oleh Ketua STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh. Dr. H. Syamsuar, M.Ag beserta jajarannya.
Reporter: IKRAM
Editor: NANANG