Irman Ladudin, Manfaatkan Waktu Luang Bulan Ramadhan dengan Melukis

oleh -
Irman Ladudin

DONGGALA – Setelah sempat jeda dari aktivitas melukis, kini di bulan Ramadan, satu-satunya pelukis senior di Kota Donggala, Irman Ladudin (55) kembali menyeriusi profesi tersebut. Selain memproduksi lukisan secara mandiri berupa pemandangan sederhana, ia juga sedang menyelesaikan beberapa lukisan pesanan.

“Alhamdulillah di bulan puasa ini, saya meluangkan waktu melukis, terutama menyelesaikan pesanan dari seseorang. Meskipun sempat jeda berkarya, bukan berarti meninggalkan, namun saya akui tidak begitu produktif seperti masa 1990-an,” kata Irman Ladudin saat dtemui media ini di studio lukisnya, Senin (04/04).

Ia sendiri sudah mulai aktif kembali sebelum memasuki Ramadhan, namun belum focus. Alasannya, selain sibuk mengajar, juga situasi seni sedang mengalami kelesuan. Namun demikian, kata dia, ia tetap komitmen untuk menjadi pelukis sesuai cap yang cukup melekat pada dirinya.

BACA JUGA :  Gubernur Sulteng: Kongres Forum Kades, Momentum Memperkuat Pemdes

Sebagai informasi, setelah dua pelukis terkenal di Kota Donggala meninggal dunia, Muhajir dan Tanwir Pettalolo, kini tinggal seorang Irman Ladudin yang dikenal aktif sebagai pelukis.

Karena itu, kata Irman yang juga guru di Jurusan Multimedia pada SMK Negeri 2 Donggala ini, rasa keterpanggilan seninya kembali aktif demi mengisi kekosongan nuansa seni lukis di Kota Donggala.

“Siapa tahu di masa akan datang ada pameran, karya saya bisa diikutkan,” harapnya.

Menurutnya, hobi melukis tumbuh secara otodidak sejak masih sekolah dasar, diawali beberapa kali mengikuti lomba dan mendapatkan juara. Menyadari bakat alam itu, akhirnya Irman yang kelahiran Donggala tahun 1967 itu terus mengasah bakatnya dengan menghasilkan berbagai macam objek lukisan. Di antaranya menghasilkan lukisan kaligrafi, pemandangan alam, aktivitas masyarakat dan lainnya.

“Karena itu dalam melahirkan karya lukis, saya tidak terfokus pada aliran tertentu, sehingga saya tidak mengetahui apa aliran lukisan saya. Seba yang bisa menilai dan menyatakan aliran tertentu pada pelukis itu dari kritikus seni rupa. Pokoknya saya hanya berkarya mengalir saja sebagai aliran,” ungkap Irman.

BACA JUGA :  Pertamina Uji Coba Pembelian Pertalite Gunakan QR Code di Sulsel dan Sulbar

Berdasarkan catatan pameran lukisan, alumni STMIK Bina Mulia Palu ini beberapa kali mengikuti pameran di Kota Donggala dan Kota Palu, baik yang dilaksanakan pemerintah maupun komunitas seni. Di antaranya, event Palu Indonesia Dance Forum 2001 dan beberapa kali di Taman Budaya Sulawesi Tengah.

Karyanya sempat tersimpan di UPTD tersebut, sayang sudah hilang saat tsunami tahun 2018 lalu.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay