PALU – Panitia pelaksana Festival Lembah Lore (Lore Valley Fest) terus mematangkan berbagai persiapan guna maksimalnya kegiatan yang akan dihelat pada November mendatang itu.
Di antara berbagai persiapan yang telah dilakukan yakni sudah membuat website resmi yang bisa diakses dengan mudah, di dalamnya sudah disediakan registrasi bagi peserta yang ingin terlibat langsung dalam festival nanti.
Selain itu, panitia juga masih terus menggali informasi dan masukkan dari berbagai pihak mengenai konten yang tepat, agar tidak hanya sekadar festival biasa yang hanya menjadi tradisi seremonial tahunan di Sulawesi Tengah.
Belum lama ini, panitia pelaksana festival telah melakukan audiens dengan Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL), sebagai stakeholder yang terkait langsung dengan lokasi festival.
Ketua panitia pelaksana, Muhammad Subarkah, mengatakan, Festival Lembah Lore yang mengangkat tema “Merajut Tradisi, Melestarikan Alam” itu adalah bagian dari program besar Aliansi Penghidupan Hijau berdasarkan landscape Lariang.
Kata dia, festival nanti akan diisi dengan berbagai konten yang berkaitan langsung dengan potensi adat dan budaya yang ada di Lembah Lore, di antaranya pertunjukkan seni tradisi.
“Nantinya aka nada penampilan serangkaian seni tradisi utamanya yang terkait dengan budaya masyarakat setempat,” kata Subarkah.
Selain itu, kata dia, nantinya juga akan ada eksebisi foto Lembah Lore yang menampilkan kehidupan dan keindahan serta kekayaan alam Lembah Lore.
“Kita tahu, pengunjung tidak mungkin bisa melihat seluruh Lembah Lore dalam waktu yang singkat. Eksebisi foto inilah yang kiranya bisa mengantisipasi itu, dimana pengunjung bisa melihat langsung kawasan Lembah Lore yang belum dikunjunginya, melalui foto,” tuturnya.
Selanjutnya, kata dia, akan ada lomba memancing di Danau Wanga, lomba masakan tradisonal, lomba sepeda dan marathon, serta fashion show baju daerah. Kemudian pertunjukkan seni, pameran produk komunitas, diskusi-diskusi, mozaik tamanam obat tradisional Lariang dan mozaik tanaman pangan pangan Lariang.
“Ada juga pertunjukkan modulu-dulu yang merupakan tradisi masyarakat Lore dimana pengunjung diajak untuk makan bersama-sama,” ujarnya.
Sebenarnya, kata dia, banyak potensi di Lore yang yang bisa dikembangkan. Hanya saja, belum adanya koneksi yang baik antar pihak terkait untuk mengembangkannya secara bersama.
Untuk itu, selain dengan stakeholder dari unsur pemerintah, pihaknya juga masih terus menggali informasi dan masukan dari dewan adat atau majelis hondo, demi suksesnya pelaksanaan festival.
Sementara Kepala BBTNLL, Jusman, mengaku sangat mendukung kegiatan tersebut. Menurutnya, kekayaan potensi alam dan budaya yang ada di Lembah Lore memang sudah selayaknya diangkat dan dikembangkan, sehingga daerah tersebut bisa menjadi destinasi.
“Selain megalit, juga ada potensi alam yang bisa dikembangkan. Kalau dibandingkan dengan Bali, disini masih lebih banyak potensi yang bisa dikembangkan. Hanya memang butuh sinergi antar semua pihak, termasuk komunitas,” ujarnya.
Menurutnya, pengembangan potensi daerah juga bisa mengangkat kesejahteraan masyarakatnya.
“Dengan demikian, gangguan terhadap lingkungan juga perlahan berkurang,” imbuhnya.
Di penghujung, dia berpesan kepada Panitia Festival Lembah Lore untuk menyiapkan segala sesuatunya secara matang, termasuk meminta keterlibatan Pemerintah Kabupaten Poso sebagai pemilik wilayah, utamanya pihak keamanan. (RIFAY)