PALU – Berpuasa di bulan Ramadhan tentu banyak sekali hikmah yang kita bisa ambil, karena besar manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Dalam Alquran disebutkan, bahwa puasa telah “diwajibkan kepada umat-umat sebelum kamu”. Bahkan dalam literatur sejarah disebutkan ada umat berpuasa, meski tidak ada perintah Tuhan, tetapi para raja, para pimpinan umat kala itu mewajibkan kaumnya berpuasa.
“Seperti contoh di kerajaan Mesir, raja Mesir kuno dalam catatan sejarah itu mewajibkan rakyatnya berpuasa, padahal tidak ada perintah kewajiban berpuasa disampaikan (Tuhan, red) kepada umatnya, tetapi mereka tahu bahwa berpuasa itu mengandung hikmah yang luar biasa sebagai kehidupan kemanusiaan.
“Dari aspek-aspek itu bisa membuktikan. Contoh lainnya seperti aspek kesehatan, bahwa berpuasa itu bisa menurunkan berat badan, bisa menurunkan gula darah, bahkan yang hendak beroperasi dianjurkan berpuasa,” ujar Ketua MUI Kota Palu Prof Zainal Abidin, kepada media ini, Senin (27/3).
Pada aspek lainnya seperti aspek sosial. tentu akan muncul kepedulian kita kepada masyarakat yang memiliki ekonomi lemah. Muncul perhatian kita untuk membantu mereka, karena kita sudah merasakan betapa perihnya menahan lapar.
“Menahan rasa lapar itu, dimana kita hanya merasakan beberapa jam saja tetapi mereka orang orang yang tergolong ekonomi lemah sudah merasakan berhari-hari didalam kehidupan,” imbuh Rais Syuriyah PBNU ini.
Di bulan Ramadhan ini juga melatih diri untuk rendah diri, rendah hati maksudnya tidak sombong tidak takabur, tidak merasa diri paling benar dan paling baik. Rendah hati ini juga bagian dari hikmah yang harus tertanamkan setiap umat manusia di saat melaksanakan ibadah puasa.
“Ada makanan kita, minuman kita, istri kita kalau di hari-hari biasanya semua halal, di bulan Ramadhan semua itu kita haramkan untuk di siang harinya.
“Bukannya kita menunjukkan bahwa betapa kita tidak memiliki apa-apa di mata Allah SWT, Tuhan mengajarkan kita untuk hidup rendah hati sehingga kalau kita memiliki sesuatu yakinlah sesuatu yang kita miliki itu bagian dari pemberian dari Allah SWT bukan pemberian semata-mata karena usaha dan kerja kita. Jika allah tidak memudahkan bagi kita, maka tidak akan ada kemudahan dalam kehidupan kita,” tambahnya lagi.
Sehingga di bulan Syawal menurut mantan Rektor UIN Palu ini, akan lahir manusia baru. Manusia yang bisa bergaul sesamanya, yang bisa peduli sesamanya, tolong menolong di antara sesama manusia meski berbeda agama.
Di bulan puasa ada yang tidak diwajibkan berpuasa seperti, orang tergolong sudah tua rentah, kuli bangunan, musafir dan orang sakit.
“Untuk musafir jika dia sudah pulang dari perjalanannya dapat menggantikan puasa yang dia tinggalkan, begitu pula orang sakit jika dia sudah sembuh wajib mengganti puasanya,” ujar Mantan Rektor IAIN Palu ini.
Untuk itu yang harus diingat puasa itu bukan untuk menyiksa diri tapi melaksanakan kewajiban dari perintah Allah SWT.
Reporter: IRMA
Editor: NANANG