Ini Doa Anak Yatim Petobo Hari Pertama Ramadhan

oleh -

PALU- Jumat sore itu, hari pertama Ramadhan, puluhan anak yatim korban likuifaksi Petobo berlari kecil menuju sebuah masjid yang hanya berjarak beberapa meter dari Hunian Sementara (Huntara), tempat mereka berteduh sejak musibah likuifaksi dua tahun silam, yang memporak porandakan rumah yang juga merenggut nyawa orang tua mereka tercinta kala itu.

Di masjid itu, mereka telah ditunggu Remaja Masjid (Risma), Munzalan Mubarakan untuk buka puasa bersama hari pertama Ramadhan 1441 H. Sebelum masuk masjid, mereka mencuci tangan pakai sabun di kran air wudhu yang tersedia di belakang masjid itu.

Pembina anak yatim-piatu Petobo, Fahrul mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 di bulan suci Ramadhan ini, dirinya bersama pengurus Risma Munzalan Mubarakan sudah merancang beberapa program bagi 150 anak yatim piatu binaannya itu.

“Insya Allah selama bulan suci Ramadhan kami sudah membuat program bagi anak-anak yatim-piatu, diantaranya buka puasa bersama seperti hari ini,” katanya pada MAL Online, Jumat, (24/4).

Fahrul menambahkan, secara khusus anak yatim-piatu juga mendoakan para dermawan yang telah berbagi keceriaan bersama mereka agar dilimpahkan kesehatan, dimudahkan rejekinya dan ditempatkan di surganya Allah SWT bersama Rasulullah SAW.

Sebelumnya, Risma Munzalan Mubarakan menggalang donasi bagi anak yatim korban likuifaksi Petobo yang diperuntukkan untuk keperluan mereka selama bulan Suci Ramadhan termasuk membelikan baju baru seminggu sebelum lebaran.

Menurut Fahrul, walaupun open donasi sudah ditutup, namun jika masih para dermawan yang tergerak hatinya membantu anak-anak korban likuifaksi Petobo mereka dengan senang hati menerima.

Mahasiswa Fakultas Pertanian Unisa yang tidak bisa lagi melanjutkan kuliah karena keterbatasan ekonomi itu juga masih menyimpan asa untuk kembali melanjutkan kuliahnya.

“Saya dan istri dulu pernah kuliah di Unisa kalau tidak salah seangkatan dengan Afdhal, karena sesuatu dan lain hal, ditambah lagi puteri kami tercinta bersama neneknya syahid bersama ribuan warga Petobo 28 September dua tahun silam. Kami bangkit dengan cara seperti ini memuliakan anak yatim-piatu untuk menebus kesalahan masa lalu,” tutupnya. (IWANLAKI)