PALU- Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Tengah menyatakan masyarakat khususnya umat Islam perlu mengenali ciri mubaligh yang intoleransi dan radikalisme.
“Ini penting dikenal agar umat tidak terpapar paham intoleransi dan radikalisme,” kata Ketua FKPT Provinsi Sulteng Muh. Nur Sangadji, saat ditemui di Palu, Senin.
Lebih lanjut kata dia, masjid itu adalah tempat ibadah dan atmosfer untuk memproduksi kebajikan. Tidak boleh disalahgunakan untuk hal-hal melanggar hukum.
Pernyataan itu merupakan respons atas pernyataan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengenai ciri penceramah atau mubaligh yang intoleransi dan radikalisme.
BNPT melalui Direktur Pencegahan Brigadir Jenderal Polisi Ahmad Nurwakhid mengemukakan indikator yang bisa dilihat dari isi seorang mubaligh yaitu berkaitan dengan materi ceramah yang disampaikan, bukan tampilan penceramah. Setidaknya ada lima indikator disampaikannya.
Menurut BNPT ciri mubaligh intoleransi dan radikalisme yaitu, pertama, mengajarkan ajaran yang anti Pancasila dan pro ideologi khilafah transnasional. Kedua, mengajarkan paham takfiri yang mengkafirkan pihak lain berbeda paham maupun berbeda agama.
Ketiga, menanamkan sikap anti pemimpin atau pemerintahan yang sah, dengan sikap membenci dan membangun ketidak percayaan masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adudomba, hate speech, dan sebaran hoaks.
Keempat, memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungan maupun perubahan serta intoleransi terhadap perbedaan maupun keragaman (pluralitas). Kelima, memiliki pandangan anti budaya atau pun anti kearifaan lokal keagamaan.
FKPT Sulteng menilai ciri tersebut perlu diketahui dan dikenali oleh masyarakat, sebagai bentuk pencegahan dilakukan masyarakat dengan tidak mengundang atau menghadirkan mubaligh tersebut.
“Dengan ciri tersebut, masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan isi materi disampaikan oleh mubaligh,” ujarnya.
FKPT Sulteng juga mengimbau kepada pemerintah daerah, pegawai syara, remaja Islam masjid dan pengurus masjid, di setiap masjid di Sulteng, agar selektif dalam memilih mubaligh untuk dihadirkan di masjid atau di luar masjid.
“Sehingga kita harapkan mubaligh-mubaligh yang tampil untuk mengisih ceramah agama pada momen-momen tertentu, ceramahnya mencerahkan umat, membangun optimisme umat untuk terus menguatkan persaudaraan dalam bingkai NKRI,” imbuhnya. (Ikram)