PALU – Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) akan membuka kas keliling, bagi masyarakat yang ingin menukarkan uang lamanya dengan desain baru emisi 2022 untuk semua pecahan.
Kas keliling tersebut akan dibuka, masing-masing di Lapangan Vatulemo Palu, Jumat (19/08) besok dan di Taman GOR Palu pada hari Selasa tanggal 23 Agustus 2022.
Namun sebelum itu, masyarakat terlebih dahulu mendaftarkan diri melalui aplikasi “Si Pintar” atau melalui website https://pintar.bi.go.id/.
Menurut Kepala Unit Pengelolaan Uang Rupiah, KPw BI Provinsi Sulteng, Rachmad Hendrawan Saputra, pihaknya masih melakukan pengenalan uang rupiah desain baru tersebut, selama dua bulan ini.
Karena masih dalam masa pengenalan, kata dia, maka jumlah uang yang bisa ditukarkan oleh masyarakat masih dibatasi.
“Masyarakat hanya bisa melakukan penukaran dengan paket, maksimal lima paket. Satu paketnya itu senilai Rp200 ribu, terdiri dari satu lembar pecahan Rp100 ribu, satu lembar pecahan Rp50 ribu, satu lembar pecahan Rp20 ribu, satu lembar pecahan Rp10 ribu, dua lembar pecahan Rp5 ribu, 4 lembar pecahan Rp2 ribu dan dua lembar pecahan Rp1000. Jadi kalau lima paket senilai Rp1 juta,” rincinya, saat konferensi pers, di Kantor KPw BI Sulteng, Kamis (18/08).
Untuk wilayah Sulteng sendiri, lanjut dia, di tahap pengenalan ini BI baru mengedarkan sebanyak 10.800.000 lembar dalam berbagai pecahan atau senilai kurang lebih Rp413 miliar.
“Setelah masa pengenalan dua bulan ini, selanjutnya kita akan mendapatkan stok lagi dari Balikpapan. Nanti setelah ini masyarakat sudah bisa memperoleh di perbankan-perbankan,” jelasnya.
Untuk sistem penukaran, misalnya masyarakat ingin menukarkan uang pecahan Rp100 ribu, maka bisa membawa uang pecahan Rp50 ribu sebanyak dua lembar atau menggunakan pecahan lain yang senilai Rp100 ribu, bebas tidak mesti sama harus satu lembar pecahan Rp100 ribu.
Di tempat yang sama, Kepala KPw BI Sulteng, Dwiyanto Cahyo Sumirat, menjelaskan pentingnya pengedaran uang desain baru tersebut di tengah gencarnya sosialisasi transaksi non tunai kepada masyarakat.
Menurutnya, selain ada masyarakat yang sudah melakukan transaksi secara non tunai, namun ada juga masyarakat yang masih menggunakan transaksi tunai atau menggunakan uang fisik.
“Maka kita tidak mungkin membiarkan daerah-daerah yang masih banyak menggunakan uang fisik, lalu mereka menerima uang rupiah yang tidak relaible yang mudah dipalsukan, lusuh dan lainnya karena bagaimanapun rupiah ini adalah lambang negara kita,” jelasnya.
Tentunya, kata dia, BI tidak ingin lambang negara terlihat lusuh, jelek dan orang pun tidak mau memegang karena lusuh.
“Makanya kita tentu akan terus meningkatkan kualitasnya, perbaharui desainnya, kita buat tidak mudah dipalsukan, sembari kita juga mendorong transaksi non tunai atau secara digital,” tandasnya.
Uang baru tahun emisi 2022 ini masih tetap mempertahankan gambar pahlawan yang sama di bagian depan dan tema kebudayaan sama (gambar tarian, pemandangan alam, dan flora) pada bagian belakang, sebagaimana uang rupiah kertas Tahun 2016.
Berbeda dengan uang rupiah kertas 2016, pada uang 2022 ini, BI memperkuat ketajaman gambar dan desain agar semakin mudah dikenali, menggunakan unsur pengaman teknologi terkini agar semakin sulit dipalsukan, serta meningkatkan kualitas bahan agar memiliki masa edar lebih lama.
Agar mudah dikenali, maka ada peningkatan kontras warna antar pecahan uang, menyeragamkan gambar watermark dengan gambar utama, melakukan standardisasi desain dan tata letak unsur pengaman serta meningkatkan selisih ukuran panjang antar pecahan dari semula 2 milimeter (mm) menjadi 5 mm.
Guna menyulitkan pemalsuan, maka uang TE 2022 ini dikuatkan melalui unsur pengaman seperti penggunaan benang pengaman teknologi terkini (microlenses) sebagaimana best practice internasional, penguatan unsur pengaman Ultra Violet (UV) dengan perluasan sebaran luas area UV dan keragaman warna.
Selain itu dilengkapi pula dengan teknologi tinta berubah warna dengan menambahkan fitur magnetic ink dan memiliki efek gerak dinamis pada pecahan besar (OVMI) sebagaimana best practice internasional.(RIFAY)