Pilih Pemimpin yang Punya Sifat Ini

oleh -
Ilustrasi. (media.alkhairaat.id)

Hari ini, Rabu 27 November 2024, kita sebagai penghuni negara demokrasi tengah diberikan beberapa pilihan calon pemimpin yang akan “mengendalikan” jalannya daerah ini, lima tahun ke depan.

Mau tidak mau, suka atau tidak suka, negara ini telah mengatur agar kita yang sudah memenuhi kriteria, dengan suka rela memilih satu dari sekian pasangan calon yang ditawarkan untuk memimpin daerah.

Memilih seorang pemimpin tentu tidak boleh asal-asalan, apalagi hanya karena tergiur janji-janji yang belum tentu bisa ditepati.

Dalam Islam, ada banyak kisah yang patut dipetik pelajaran mengenai sosok pemimpin ini. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam, juga banyak memberikan rambu-rambu yang pasti mengenai seseorang yang layak dijadikan pemimpin.

Islam mengajarkan untuk berijtihad sebelum menentukan pilihan, berusaha untuk mengetahui mana yang terbaik atau yang tidak terlalu parah.

Memilih betul-betul terbebas dari kepentingan pribadi. Jadi pilihlah sesuai dengan dasar ijtihad. Paling tidak, dia tidak terbukti meninggalkan salat, tidak melakukan dosa besar, bukan peminum khamar dan sebagainya.

Rasulullah Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam sebagai patron hidup kita, telah mewariskan banyak teladan kepada kita. Sifat-sifat Rasulullah SAW itu utamanya ada 4, Fatanah, Tabligh, Amanah dan Siddiq. Empat sifat ini jika ada dalam diri sosok calon pemimpin, maka yakinkanlah hati untuk memilihnya.

Fatanah adalah cerdas. Dia memiliki satu tingkat kecerdasan yang tinggi. Fathonah berarti menguasai data-data, baik itu data-data pendidikan, kesehatan, demikian juga data kesenjangan antara fakir dan miskin dan sebagainya.

Gelar akademis tidak selalu menjamin bahwa seseorang itu adalah cerdas, tetapi minimal seseorang yang sudah kuliah di satu perguruan tinggi, dia sudah belajar satu disiplin keilmuan secara terstruktur, sudah belajar secara tersistematis.

Selanjutnya, Tabligh. Artinya mau mengomunikasikan dengan sesama. Tutur katanya baik, kemudian juga bahasanya teratur, sistematis. Mampu berkomunikasi dengan semua kalangan.

Itu yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam dengan anak yatim, dengan orang tua dan lainnya.

Kita mencari pemimpin yang tutur katanya baik, yang menjelaskan masalah dengan baik. Karena masyarakat itu tidak semuanya pandai, tidak semuanya intelektual, banyak yang pendidikannya rendah.

Hal penting lainnya dari seorang pemimpin adalah amanah. Artinya bisa memegang tanggung jawab, bisa mengemban anggaran. Seorang yang amanah pasti tidak akan mempergunakan kekuasaannya agar hartanya naik secara tidak wajar.

Terakhir adalah siddiq atau bahasa kekiniannya berintegritas. Siddiq berarti kejujuran. Siddiq berarti apa adanya. Yang paling mudah, siddiq ini adalah bagaimana cerminan kepribadian, cerminan intelektualitas dan cerminan spiritualitasnya.

Sidiq ternyata dibentuk dari 7 komponen, pertama harus kuat tauhidnya, jujur, peace of mind orang yang tenang, tidak emosional. Demikian juga ada kesabaran, ada kesyukuran dan dia harus halal oriented. Artinya tidak bisa seorang itu menjadi siddiq kalau dia korupsi. Siddiq juga ada istiqomah.

Alangkah berkahnya negeri ini jika memiliki pemimpin, yang paling tidak bisa meneladani sifat Nabi Muhammad, sang nabi akhir zaman yang sosok kepemimpinannya disebutkan oleh Nabi Ibrahim, disanjung oleh Nabi Isa dan dimuliakan bahkan oleh orang non muslim.

Dalam Qur’an surah ke-33 ayat 21, Sungguh pada diri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melekat semua aspek-aspek keteladanan dari mulai lahir sampai dengan wafat. Semua jadi teladan, dari lahir sampai wafat.

Allah menyuruh kita memilih pemimpin yang terbaik dan pemimpin yang terbaik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS Al-Maidah, ayat:51).

Dalam ayat lain disebutkan yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-musuhku dan musuhmu menjadi teman-teman setia” (QS. Al-Mumtahanan, ayat: 1).

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya “dan Allah sekali-sekali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman” (QS. An-Nisa, ayat : 141).

Semoga ini bisa menjadi bahan renungan kita, sebelum melangkah menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS) hari ini.

Yakinkan diri bahwa pilihanmu sudah tepat, bahwa ikhtiar langkahmu memilih pemimpin hari ini adalah demi keberkahan negerimu, juga untuk akhiratmu. Wallahu a’lam

RIFAY (REDAKTUR MEDIA ALKHAIRAAT)