PT IMIP sendiri merupakan industri pengolahan kerja sama antara Bintang Delapan Group dari Indonesia dengan Tsingshan Steel Group dari China.
Site IMIP terletak di wilayah administratif Desa Fatufia dan Desa Labota, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali.
PT IMIP sendiri berdiri pada 03 Oktober 2013, ditandai dengan penandatangan MoU B to B yang disaksikan Presiden SBY dan Xi Jinping, di Jakarta, lalu kawasan ini diresmikan di Tahun 2014 oleh Menperin Saleh Husin.
Selanjutnya di Tanggal 29 Mei 2015, Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik/smelter nikel pertama milik Sulawesi Mining Investment (SMI).
Operasional industri berlanjut di tahun 2016 dengan produksi pertama baja nirkarat yang dijalankan oleh PT GCNS, berlanjut di 2017 dengan dicanangkannya pembangunan pabrik baja karbon di dalam kawasan industri.
Di Tahun 2018, produksi perdana Stainless Steel CRC (SS-Cold Rolled Coil) diluncurkan, dilanjutkan lagi dengan peletakan batu pertama pabrik bahan baku baterai (NCM) oleh Menko Marves Luhut B. Panjaitan dan Menperin Erlangga Hartarto pada 2019.
Pada tahun 2020, pabrik baja karbon sebesar 3,5 juta ton mulai diproduksi komersial.
Dengan banyaknya investasi dan aktivitas produksi di kawasan industri, maka pada tahun 2021, PT IMIP berencana memperluas kawasan industri dari 2000 Ha menjadi 4000 Ha.
Pada 2022, telah dimulai produksi perdana bahan baku baterai Nickel Cobalt Hidroksida, sekaligus diekspor
Di dalam kawasan sendiri terdapat 30 tenant produksi, 22 tenant konstruksi dan 4 tenant pendukung.
30 tenant produksi yang dimaksud, yaitu PT Sulawesi Mining Investment (SMI), PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry (NI GCNS), PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), PT Indonesia Ruipu Nickel And Chrome Alloy (IRNC), PT Tsingshan Steel Indonesia, PT Hengjaya Nickel Industry, PT Ranger Nickel Industry, PT Cahaya Smelter Indonesia, PT Bukit Smelter Indonesia, PT Lestari Smelter Indonesia, PT Walsin Nickel Industrial Indonesia, PT Huayue Nickel Cobalt, PT Huaneng Metal Industry, PT Morowali Power Mandiri, PT Ocean Sky Metal Industry.
Selanjutnya, PT Kinrui New Energy Technologies Indonesia, PT Yong Wang Indonesia, PT Detian Coking Indonesia, PT Qing Shui Eco Material, PT Risun Wei Shan Indonesia, PT Qing Feng Ferrochrome, PT Oracle Nickel Industry, PT Zhao Hui Nickel, PT Indonesia Puqing Recycling Technology, PT Zhongtsing New Energy, PT Hua Chin Alumunium Indonesia, PT Lestari Hua Metal Indonesia, dan PT CNGR Ding Xing New Energy, serta PT QMB New Energy Materials.
Tenant-tenant ini menghasilkan komoditas, antara lain Nickel Pig Iron 4,475 Juta MTPY (54 Lines), Stainless Steel Slab 4 Juta MTPY, Steel HRC 7 Juta MTPY (SS 4.5 CS 2.5), Stainless Steel HAPL 3,5 Juta MTPY, Stainless Steel CRC 1,1 Juta MTPY.
Selanjutnya, Carbon Steel 7 Juta MTPY, Nickel Matte 115 Ribu MTPY, MHP 93,6 Ribu NI MTPY, Electrolytic Aluminium sebesar 250 Ribu MTPY, dan Graphite 230 Ribu MTPY.
Kemudian, Lithium Hydroxide 60 Ribu MTPY, Mettalurgical Coke 17,85 Juta MTPY, Electrolytic Nickel 50 Ribu MTPY, Coal Tar 856 Ribu MTPY, Ferrochrome 1 Juta MTPY, Crude Benzene 240 Ribu MTPY, Electrolytic Manganese 95 Ribu MTPY, Battery Recycling 20 Ribu MTPY, Ammonium Sulfate 240 Ribu MTPY, Ferrosilicon 60 Ribu MTPY, Lithium Carbonate 20 Ribu MTPY, serta Sulfuric Acid 120 Ribu MTPY.
Sementara 22 tenant konstruksi, yaitu PT Kinxiang New Technologies Indonesia, PT Mars Metal Industry, PT Merdeka Tsingshan Indonesia, PT Hongli Metal Industry, PT Guangchingde Metal Rolling, PT Gem Indonesia New Energy Materials, PT Qing Kota Metal Industry, PT Sulawesi Nickel Cobalt, PT Cantostar Air Indonesia, dan PT Chengtok Lithium Indonesia.
Selanjutnya, PT Sulawesi Manganese Recycle, PT Indopower Cahaya Nusantara, PT Teluk Metal Industry, PT Fajar Metal Industry, PT Indonesia BTR New Energy Material, PT Deko New Energy, PT Chengseng New Energy, PT Qingmei New Energy Materials, PT ESG New Energy Materials, PT Meiming New Energy Materials, PT Seawing New Energy, dan PT Konch New Energy.
Sedangkan empat tenant pendukung, yaitu PT Landseadoor International Shipping untuk urusan Domestic-International Shipping, PT Tsinda Shipyard Indonesia selaku Docking Shipyard, PT Alam Hijau Enviromental Services selaku Waste Management dan PT Dila Samudera Indah sebagai Harbor Tug Management.
Di dalam kawasan sendiri terdapat fasilitas, berupa power plant, pelabuhan, transportasi, fasilitas khusus, perumahan/mess, fasilitas ibadah, dan klinik.
Kawasan PT IMIP terbangun dengan sejumlah infrastruktur, berupa pelabuhan laut (tersus) dengan kapasitas sampai 150 juta ton/tahun, poliklinik dengan kapasitas 20.000 orang/bulan, bandar udara khusus sepanjang 1.890 meter dan saat ini sedang dalam pengurusan perpanjangan izin sampai 2.250 meter, power plant sebesar 5.319 MW dalam tahap operasi dan 1.520 MW dalam tahap pembangunan.
Adapula infrastruktur akomodasi berkapasitas 16.000 orang, dan air baku dengan kapasitas 6.000 liter/detik
Dari keseluruhan aktivitas yang ada dalam kawasan, PT IMIP secara langsung telah memberikan dampak ekonomi untuk Indonesia. Investasi di Tahun 2023 sebesar 30.146 (Juta USD), dengan nilai ekspor sebesar 15.499 (Juta USD).
Sementara di Tahun 2022, total investasi sebesar 20.927 (Juta USD), dengan nilai ekspor sebesar 15.030 (Juta USD). Di tahun yang sama, hasil dari pajak dan royaltinya mencapai 670 (eqv Juta USD) atau sebesar 10.052.671 (Juta Rupiah)/Rp.10 triliun lebih. (RIFAY)