MOROWALI – PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), membuka akses yang seluas-luasnya kepada puluhan jurnalis di Sulawesi Tengah, untuk menyaksikan langsung aktivitas produksi sejumlah tenant di dalam kawasan

PT IMIP, dalam agenda media tour bertajuk “Kreativitas menuju Penyampaian Informasi Terintegritas”, memperkenalkan operasional sejumlah perusahaan yang mengolah hasil kekayaan alam Sulteng menjadi bahan baku, dalam areal kurang lebih 2000 hektar tersebut, Kamis (07/03) sampai Jumat (08/03).

Agenda diawali dengan Forum Grup Discussion (FGD) di Wisma IMIP, Kamis malam, bersama para pengambil kebijakan di PT IMIP, yakni Direktur Operasional Irsan Widjadja, Direktur Environmental & CSR Dermawati, dan Direktur Communcation Emilia Bassar, beserta para pimpinan departemen di grup Tsingshan itu.

FGD diisi dengan pemaparan sejarah, realisasi CSR dan sumbangsih pendapatan negara selama kurun waktu 10 tahun PT IMIP beroperasi.

Di awal penyampaiannya, Direktur Operasional PT IMIP, Irsan Widjadja, menegaskan, bahwa PT IMIP bukanlah perusahaan tambang menggali material perut bumi, sebagaimana anggapan sebagian besar masyarakat selama ini.

Kata dia, PT IMIP adalah kawasan industri pengolahan yang di dalamnya terdapat puluhan perusahaan yang beraktivitas mengolah material berbahan mentah nikel menjadi bahan baku, lalu diekspor ke luar negeri.

Hal ini dibenarkan oleh Kepala Departemen Protokoler, Djoko Suprapto dan Kepala Departemen Media Relation PT IMIP, Dedy Kurniawan.

Menurut Dedy, PT IMIP adalah holding dari beberapa perusahaan yang membeli ore nikel dari perusahaan lain yang ada di luar kawasan.

“Di dalam kawasan tidak ada aktivitas tambang. Ore nikel yang diolah ini kami beli dari perusahaan lain yang beraktivitas di luar, ada yang dari Banggai, dan ada juga dari Kendari,” terang Dedy.

Menurutnya, bahan baku yang dihasilkan dari smelter tersebut, sebagian besar diekspor ke Tiongkok. Hasilnya berupa bahan baku untuk baterai lithium, ferrochrome, dan stainless steel.

“Setelah diekspor, bahan baku inilah yang kemudian diolah ada yang menjadi baterai untuk mobil listrik, bahan pembuatan kapal, alat-alat mesin, sampai dengan yang kecil-kecil seperti sendok dan garpu,” terangnya.

Area pabrik PT ITSS. (FOTO: media.alkhairaat.id/Rifay)

Selama dua hari dalam kawasan, PT IMIP memperkenalkan beberapa tenant yang beraktivitas dalam kawasan tersebut, diawali dari ruang kontrol di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS).

Di sana, staf wanita ITSS menjelaskan rangkaian proses produksi dari ore menjadi ferro nickel atau baja anti karat.

Dari PT ITSS, perjalanan selanjutnya menuju ke pabrik stainless steel slab atau baja nirkarat di PT Indonesia Guang Ching Nickel (GCNS), kemudian ke PT Indonesia Ruipu Nickel And Chrome Alloy (IRNC), lalu ke pabrik pengolahan bahan baku baterai lithium PT Huayue Nickel Cobalt dan PT QMB New Energy Materials.

Tak hanya dalam kawasan, PT IMIP juga memperkenalkan beberapa aktivitas yang berkaitan dengan realisasi CSR di luar kawasan, yaitu Politeknik Industri Logam Morowali.

Di perguruan tinggi yang memiliki beberapa jurusan ini, PT IMIP berperan langsung dalam penyediaan lahan dan pembangunan infrastruktur gedung.

Tak jauh dari lokasi ini, juga terdapat bangunan rumah sakit yang telah diserahkan PT IMIP kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Morowali.